Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) hari ini memutuskan untuk menahan suku bunga acuan perbankan atau BI rate di level 6,5%. Kabar ini dianggap sebagai kabar gembira oleh sebagian analis.
Salah satunya adalah, Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities. I mengatakan, keputusan BI tersebut merupakan berita gembira, khususnya bagi sektor perbankan, karena tidak harus kembali menyesuaikan tingkat suku bunga kreditnya.
Di sisi lain, tidak berubahnya tingkat suku bunga kredit bisa membuat perbankan memiliki ruang untuk kembali menyalurkan tingkat kreditnya. Menurut Reza, ditahannya tingkat suku bunga acuan perbankan ini sesuai dengan ekspektasi banyak pihak.
"Hasil ini tidak hanya sesuai dengan estimasi kami sebelumnya, namun juga sesuai dengan keinginan kami agar BI tidak kembali gegabah menaikkan suku bunga acuannya dengan alasan tingginya inflasi," kata Reza, Kamis (15/8).
Menurut Reza, tingginya inflasi yang terjadi saat ini lebih disebabkan masalah riil, seperti jumlah pasokan bahan pangan tidak mampu mengimbangi tingginya permintaan. Menurut Reza, lonjakan inflasi Juli sebesar 3,29% murni kesalahan pemerintah yang terlambat mengantisipasi tingginya permintaan kebutuhan puasa dan Lebaran.
Bagi Reza, BI rate adalah instrumen moneter guna mengendalikan masalah finansial, bukan untuk mengendalikan harga bahan makanan. Berita kelangkaan pasokan bawang, cabai, daging dan bahan kebutuhan pokok lainnya tidak bisa diselesaikan dengan BI rate, melainkan harus diselesaikan oleh kebijakan pemerintah bukan oleh BI.
"Diharapkan, kondisi ini bisa berimbas positif pada saham-saham sektor perbankan dan diikuti sektor otomotif, properti, konstruksi dan juga sektor lainnya," ujar Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News