Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Krisis yang ada di wilayah Turki diduga membuat Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) terus berada di zona merah. Sementara itu rupiah juga masih bertekuk lutut di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) dan sempat menyentuh angka Rp 14.600 hari ini.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan, kenaikan suku bunga BI menjadi sesuatu yang sudah tak bisa dihindari di tengah tekanan indeks dan tekanan rupiah. Meski sulit dihindari, penurunan relatif terbatas.
"Bank sentral akan memantau dengan seksama krisis di Turki yang menimbulkan ekspektasi dari investor bahwa emerging market berisiko," kata Hans kepada Kontan.co.id, Selasa (14/8). Menurut Hans, saat ini, investor mengalihkan dana dari pasar ekuitas ke fixed income.
Menurut Hans, saat ini Indonesia juga memiliki masalah struktural dengan adanya current account deficit. Sehingga menurut Hans, untuk bisa tetap bertahan di pasar, bank sentral harus menaikkan yield.
Saat ini, krisis Turki menyebabkan negara tersebut menaikkan suku bunga hingga 16%. Bisa saja Turki menaikkan suku bunga ke 19% hingga 20% dengan level inflasi sebesar 15%. Menurutnya, tiga langkah yang dilakukan oleh Bank Sentral seperti kontrol devisa dan nilai tukar tetap agak sulit dilakukan.
Hans memprediksi, BI akan menaikkan suku bunga 25 basis poin sampai 50 basis poin untuk antisipasi terhadap penurunan nilai tukar rupiah tersebut.
Sementara IHSG akan sangat tergantung pada krisis yang terjadi di Turki. Jika krisis hanya terjadi di Turki saja, kemungkinan hal ini akan berlangsung dalam hitungan minggu. Tapi jika menyebar ke negara-negara Uni Eropa maka kemungkinan dampaknya ke indeks akan lama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News