Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Makin bulat saja niat PT Bhakti Investama Tbk melepas sebagian kepemilikan sahamnya di PT MNC Sky Vision, operator televisi berbayar Indovision. Selain emiten bersandi BHIT itu, masih ada beberapa pemegang saham lain yang juga berniat melepas kepemilikan saham Indovision.
Secara total, mereka akan melepas 20%-30% saham Indovision. "Yang akan menjual Bhakti dan pemegang saham lain di Indovision," ujar Direktur Utama Bhakti Investama Hary Tanoesoedibjo melalui pesan singkat kepada KONTAN, Senin (20/7).
Saat ini, Bhakti Investama tercatat memiliki secara langsung 20% saham Indovision. Sementara, PT Global Mediacom Tbk (BMTR), yang notabene masih anak perusahaan BHIT, menguasai 51% saham operator televisi berbayar itu. Pemegang saham lain memiliki 29% saham yang tersisa.
Bhakti Investama berniat menjual saham Indovision lantaran mereka menganggap investasi tersebut tak lebih dari portofolio investasi saja. Apabila nilai saham Indovision sudah melonjak, Bhakti akan menjualnya dan mengganti dengan portofolio investasi yang lain.
Selain Indovision, Bhakti juga memiliki 16,5% saham PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP). BHIT juga menguasai 100% saham PT Global Transport Services, bekas pemilik saham Adam Air.
Hary Tanoe menyatakan, Bhakti Investama belum memutuskan penggunaan dana hasil penjualan saham Indovision tersebut. "Yang jelas untuk investasi lagi. Investasinya apa, masih belum bisa disampaikan," tuturnya.
Hary belum bersedia mengungkap siapa saja pihak yang berminat dan mengajukan penawaran atas saham Indovision itu. Dia juga enggan menyebut pada harga berapa saham ini akan mereka lepas.
Yang jelas, menurut Hary, guna memuluskan aksi korporasi tersebut, Bhakti telah menunjuk dua penasihat keuangan yakni Standard Chartered dan JP Morgan.
Spekulasi yang beredar, Global Mediacom kemungkinan menjadi pihak yang akan mengambil alih saham Indovision tersebut. Spekulasi ini cukup beralasan. Apa lagi dalam beberapa kesempatan, Hary Tanoe selalu menjelaskan BMTR kini fokus pada bisnis multimedia.
Ketika dikonfirmasi mengenai spekulasi tersebut, Hary Tanoe belum bisa menjelaskannya. "Belum tahu, kami masih membicarakannya secara internal," ujar Hary Tanoe yang juga Direktur Utama BMTR.
Senior Vice President Indomitra Securities David Fernandus menduga, besar kemungkinan BMTR menambah kepemilikannya di Indovision. "Ini menjelaskan bahwa hasil restrukturisasi bisnis dalam Grup Bhakti Investama akan membawa masing-masing perusahaan untuk berfokus ke bisnisnya masing-masing," kata David, kemarin (21/7).
Tetapi David menegaskan ini masih dugaan saja. Sebab, tidak tertutup kemungkinan penawar Indovision merupakan pihak yang sama sekali tidak terafiliasi dengan Grup Bhakti Investama. Dengan kata lain, divestasi ini karena BHIT memang ingin merealisasikan keuntungan investasinya.
Pardomuan Sihombing, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, memiliki pandangan yang tidak jauh beda. "BMTR tentu akan mendapat sentimen positif bila menambah kepemilikannya di Indovision," ujarnya.
Saat ini, prospek bisnis Indovision termasuk bagus. Televisi berlangganan itu sudah memiliki pangsa pasar yang bagus. Makanya Pardomuan menilai, menjadi aneh apabila kelompok usaha ini melepas begitu saja aset bagus seperti Indovision, kepada pihak luar grup bisnis ini.
Sampai sejauh ini, Pardomuan masih merekomendasikan beli untuk saham BHIT dan BMTR. Dia menghitung, harga wajar saham kedua emiten ini masing-masing Rp 500 per saham.
Kemarin, harga saham BHIT berakhir di Rp 260 per saham, turun 1,89% dari posisi penutupan perdagangan Jumat (17/7). Pada saat yang sama, harga saham BMTR, berakhir di posisi Rp 380 per saham, menguat 1,33% ketimbang posisi pada saat penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News