kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,72   -20,01   -2.16%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bersiaplah, ada tujuh emiten baru Juli ini!


Rabu, 04 Juli 2012 / 09:10 WIB
Bersiaplah, ada tujuh emiten baru Juli ini!
ILUSTRASI. Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 2,61 triliun di seluruh pasar pada perdagangan Jumat (11/6).


Reporter: Ruisa Khoiriyah, Amailia Putri Hasniawati, Marantina Napitu | Editor: Ruisa Khoiriyah

JAKARTA. Bulan Juli ini akan menjadi bulan yang cukup semarak bagi para pelaku pasar domestik, utamanya bagi para investor atau trader pemburu cuan dari saham perdana.

Pasalnya, ada tujuh perusahaan calon emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan beruntun mencatatkan saham perdananya di papan perdagangan BEI. Mereka adalah, Kobexindo Tractor (5 Juli), Toba Bara Sejahtera (6 Juli), dan MNC Sky Vision (9 Juli). Lalu, Global Teleshop (10 Juli), Tri Banyan Tirta (10 Juli), Gading Development (11 Juli), dan Bank Jatim (12 Juli).

Nilai total dana yang hendak diraup tujuh perusahaan dari hajatan penawaran saham perdana itu mencapai Rp Rp 4,54 triliun. Angka itu di luar waran yang ditawarkan senilai Rp 249 miliar.

Dengan kedatangan tujuh perusahaan yang hendak menggelar initial public offering (IPO), maka sepanjang periode Januari-Juli 2012, jumlah emiten baru di papan perdagangan BEI menjadi 13 perusahaan.

Sejak awal tahun hingga bulan lalu, ada enam emiten baru di BEI, dengan nilai IPO total Rp 1,23 triliun. Yaitu, PT Surya Eka Perkasa Tbk (ESSA), lalu PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC). Kemudian, PT Tifone Mobile Tbk (TELE), PT Minna Padi Investama Tbk (PADI), dan terakhir PT Trisula Internasional Tbk (TRIS).

Dengan demikian,selama tujuh bulan pertama tahun 2012, nilai total IPO di BEI mencapai Rp 5,77 triliun. Angka itu masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai IPO di periode yang sama tahun lalu. Tahun lalu, nilai IPO periode Januari-Juli mencapai Rp 11,7 triliun yang dilakukan oleh 15 perusahaan.

Kondisi pasar yang lesu dan berfluktuasi tajam akibat masih tingginya ketidakpastian perekonomian global, menjadi penyebab relatif sepinya IPO tahun ini. Satu calon emiten, yakni PT Royal Chemie, bahkan memutuskan menunda IPO-nya.

Tergantung sektor

Namun, otoritas bursa masih tetap optimistis target kedatangan 25 emiten baru akan tercapai. Kondisi pasar yang dinilai mulai normal, menjadi dasar optimisme para pengelola bursa.

"Kami yakin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan kembali menembus di atas 4.000," ujar Ito Warsito, Direktur Utama BEI, Selasa (3/7).
Ini akan memicu lagi minat korporasi untuk IPO.

Felix Sindhunata, analis Henan Putihrai, menilai, situasi pasar seperti saat ini bukanlah saat yangtepat untuk menggelar IPO. "Lebih baik menunggu dulu, namun hal itu juga tergantung pada sektor perusahaan yang IPO," katanya.

Jika sektor usaha calon emiten itu rentan terkena efek krisis, ada baiknya menunda. Demikian juga sebaliknya.

Namun, Reza Nugraha, analis MNC Securities, berpendapat berbeda. Saat ini justru momentum tepat bagi korporasi untuk melantai di bursa. IHSG dalam hitungan Reza, berpeluang menembus kisaran 4.300-4.500, tahun ini, mencerminkan pertumbuhan 15% dibanding tahun lalu.

Sektor saham seperti properti, barang konsumsi, infrastruktur, akan tetap menarik dan menjadi pilihan investor untuk isi portofolio mereka. "Potensi pertumbuhan pendapatan dan laba emiten cukup besar," kata Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×