Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna menggairahkan sahamnya di pasar modal, PT Bank J Trust Indonesia akan melakukan penggabungan nilai nominal saham perseroan (reverse stock) dan menerbitkan saham baru (rights issue).
Direktur PT Bank J Trust Indonesia Felix I Hartadi mengatakan, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank J Trust menyetujui rencana reverse stock dengan rasio 100.000 saham menjadi 1 saham, baik seri A maupun seri B.
Saham seri A semula bernilai nominal Rp 0,01 menjadi Rp 1.000 per saham. Sedangkan saham seri B semula bernilai nominal Rp 78 menjadi Rp 7.800.000.
Pelaksaan reverse stock ini akan mengakibatkan kepemilikan saham dalam bentuk pecahan kurang dari 1 saham. Sehingga perseroan telah menunjuk J Trust Co Ltd untuk melakukan pembelian saham dari pemegang saham lain jika kepemilikannya kurang dari 1 saham, setelah reverse stock.
Pembelian akan dilakukan dengan harga pasar wajar yang telah dinilai oleh Kantor Jasa Penilaian (KJPP) selaku pihak independen, yakni sebesar Rp 0,0045 per saham baik Seri A maupun Seri B.
Kembali ke bursa
"Tujuan akhirnya, supaya suspensi saham oleh bursa dapat dicabut sehingga saham bisa diperdagangkan kembali. Target pelaksanaanya hingga satu tahun mendatang," ujar Felix pada Kamis (28/6) di Jakarta. Bank J Trust saat ini menyandang kode emiten BCIC di pasar saham.
Sebagai catatan, struktur kepemilikan saham JTrust masih didominasi oleh JTrust Di Ltd sebesar 96,18%, dan JTrust Investment 1%, dan Gorup Lease Holding PTE Ltd sebesar 2,81%. Sedangkan saham yang dijualkanbelikan di pasar modal hanya 0,0028.
Direktur JTrust Bank Helmi A Hidayat bilang perseroan akan melakukan penambahan modal dengan hal memesan efek terlebih dahulu (rights issue) sebanyak-banyaknya 100 triliun saham Seri A dengan nominal Rp 0,01 per saham setelah reverse stock.
Sehingga jumlah saham yang diterbitkan menjadi 1 miliar dengan nominal Rp 1.000 atau 9,99% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh.
"Penerbitkan rights issue ini agar dapat memenuhi syarat minimal 7,5% diambil oleh publik atau pihak ketiga. Tidak boleh diambil oleh group. Sehingga bisa masuk pasar lagi pertengahan tahun depan," jelas Helmi.
Helmi bilang sudah melakukan diskusi dengan beberapa investor strategis. Namun Helmi tidak merinci siapa saja investor strategis ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News