Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bersiap untuk melanjutkan tren positif pada perdagangan akhir pekan, Jumat (9/10). Mengutip RTI pukul 09.12 WIB, indeks naik 0,11% ke 5.042,107.
Tercatat 173 saham naik, 90 saham turun, dan 160 saham stagnan. Dengan total volume perdagangan 1 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 659 miliar.
Lima dari 10 indeks sektoral mendukung IHSG. Sektor pertambangan paling tinggi kenaikan 0,71%. Sementara, sektor industri dasar paling dalam penurunannya 0,55%.
Pagi ini, asing catatkan aksi jual. Di pasar reguler, net sell asing Rp 32,488 miliar dan Rp 27,709 miliar keseluruhan market.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper mengatakan, penguatan IHSG pada hari ini cenderung terbatas.
Dia menebak, IHSG akan bergerak dengan level support 5.013 hingga 4.988. Sementara level resistance-nya berada di 5.051 hingga 5.064.
Baca Juga: Bursa saham Asia diperdagangkan beragam Jumat (9/10) pagi
"Secara teknikal indikator stochastic melebar setelah membentuk golden cross mengindikasikan masih ada potensi penguatan namun perlu diwaspadai rentang penguatan mulai terbatas sehingga rawan terjadi koreksi," jelas Dennies dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Kamis (8/10).
Hal ini terjadi karena sentimen dari dalam negeri khususnya kondisi politik karena disahkannya RUU Cipta Kerja masih membayangi pergerakan IHSG. Selain itu IHSG juga masih diselimuti sentimen dari tingginya kasus harian Covid-19.
Asal tahu saja, kemarin, IHSG ditutup menguat 0,7% ke level 5.039,14. mayoritas sektor di bursa memang menghijau kecuali sektor properti, real estate, dan konstruksi gedung yang melemah 1,10%.
Adapun sektor aneka industri mengalami penguatan paling tinggi hingga 1,78%. Setelahnya disusul dengan sektor manufaktur hingga 1,01%.
Dennies menyebut, IHSG mampu ditutup menguat meski masih ada ketegangan aksi masa yang tidak setuju terhadap pengesahan UU Cipta Kerja.
Sementara itu sentimen positif datang dari Amerika Serikat, Presiden Donald Trump berniat memberikan stimulus baru untuk membantu perekonomian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News