Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 75 perusahaan listing di bursa tahun ini. Tapi, sampai pertengahan April, baru ada sepuluh emiten yang menggelar initial public offering (IPO).
Dalam pipeline BEI, setidaknya ada 19 perusahaan mengantre IPO. Mereka antara lain dari sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Selain itu ada pertambangan, dan properti.
Lalu ada sekitar enam perusahaan yang berasal dari sektor perdagangan, jasa dan investasi. Sebut saja, perusahaan marketing produk kesehatan Yomari Eksis Serentak dan juga korporasi yang menaungi tim sepakbola Bali United, PT Bali Bintang Sejahtera.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata menjelaskan, maraknya korporasi sektor perdagangan, jasa dan investasi yang mendaftar ke bursa karena jenis usahanya memang banyak. Dia melihat, sektor perdagangan dan jasa masih memiliki prospek positif tahun ini.
Sektor yang diamati Liza antara lain properti. "Kemungkinan, bisnis properti belum bisa naik signifikan," kata dia. Tapi, sektor ini bisa lebih kokoh jika ada pemangkasan bunga oleh Bank Indonesia.
Ekspektasi Liza, beberapa perusahaan baru melantai setelah pemilu presiden (pilpres). Ini terlihat dari sejumlah emiten yang menunda listing, seperti Bali United dan perusahaan manufaktur PT Arkha Jayanti Persada.
Berbagai calon emiten ini akan menunggu hingga kondisi sosial politik negara lebih stabil, bahkan hingga enam bulan setelah pemilu. Dia menyarankan, IPO digelar pada semester dua atau setelah Juli. Pada saat itu, kondisi market diperkirakan lebih stabil dan berpeluang bullish.
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mencermati, emiten pada sektor perdagangan, jasa dan investasi akan tetap diminati di tahun politik. Namun, investor tetap harus memperhatikan kinerja emiten ini.
Sektor ini juga biasanya tak terdampak sentimen negatif pemilu karena bersifat defensif. Tinggal kita menunggu seperti apa kondisi IHSG pascapemilu. Tapi kadang, pergerakan perusahaan yang IPO tidak mengikuti indeks. Jadi baik-baik saja untuk prospek emiten IPO, ujar Sukarno.
Analis Bank Central Asia (BCA) Sekuritas Achmad Yaki Yamani menambahkan, animo terhadap IPO akan tinggi jika perusahaan memiliki fundamental yang baik dan valuasi yang murah dibanding emiten eksisting sejenis, atau memberikan pemanis waran.
Achmad berekspektasi, berbagai korporasi ini mulai listing pada minggu kedua Juni selepas libur hari raya. Awal Mei sudah Ramadan dan hingga lebaran umumnya perdagangan saham cenderung lebih sepi. Jadi potensi investor akan lebih aktif setelah Lebaran, ujar dia.
Menurut Achmad, potensi penyerapan dana di Juni cukup besar. Pertimbangan lainnya, juga karena rendahnya suku bunga acuan dan potensi stabilnya nilai tukar rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News