kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berpotensi Cetak Kinerja Solid, Simak Rekomendasi Saham Japfa (JPFA)


Rabu, 09 Maret 2022 / 12:19 WIB
Berpotensi Cetak Kinerja Solid, Simak Rekomendasi Saham Japfa (JPFA)
ILUSTRASI. Fasilitas Penetasan Telur Ayam (Hatchery) milik JAPFA.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan kinerja yang solid pada kuartal IV-2021. Tercatat, emiten poultry ini membukukan pendapatan sebesar Rp 12 triliun sehingga membawa total pendapatan sepanjang 2021 menjadi Rp 44,9 triliun atau naik 21,4% secara year on year. 

Sementara dari sisi bottom line, JPFA berhasil memperoleh laba bersih sebesar Rp 514,5 miliar pada kuartal IV-2021. Secara kumulatif, laba bersih JPFA pada 2021 mencapai Rp 2,1 triliun atau naik 74,4% secara yoy.

Analis BNI Sekuritas Mikhail Siahaan mengatakan perolehan JPFA tersebut di atas ekspektasinya karena pendapatan dan laba bersihnya melebihi masing-masing 8,7% dan 21,8% dari proyeksinya. 

Ia bilang, kinerja apik JPFA pada kuartal IV-2021 tidak terlepas dari aktivitas ekonomi yang sudah mulai pulih. Hal ini mendorong permintaan dari berbagai lini bisnis JPFA kembali naik, setelah sempat tertekan pada kuartal III-2021 akibat adanya pembatasan sosial.

“Kami percaya tren ini akan bertahan di tahun ini dan tahun depan seiring dengan percepatan ekonomi dan ekspektasi permintaan yang kuat, baik dari bisnis unggas dan non-unggas. Kami memperkirakan volume penjualan untuk 2022 dan 2023 tumbuh masing-masing sebesar 16,3% dan 11,3%,” ujar Mikhail dalam risetnya pada 8 Maret.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,81% ke 6.869 di Sesi I Hari Ini, Asing Lepas MEGA, ANTM, TLKM

Sementara dari sisi pasokan, Rabobank mengekspektasikan pada 2022 masih akan ada tantangan dari kekurangan tenaga kerja dan masalah logistik layaknya 2021 silam. Ini akan membuat pasokan lebih ketat. Di sisi lain, pemerintah Indonesia masih akan tetap memberlakukan aturan culling guna mengurangi kelebihan pasokan.

Mikhail memperkirakan permintaan DOC pada tahun ini akan meningkat seiring dengan milai normalnya kelebihan pasokan tersebut. Namun, kemungkinan impor ayam beku berdasarkan kesapakatan WTO masih harus tetap diperhatikan. 

Masalah lain yang mungkin dihadapi oleh JPFA pada tahun ini adalah kenaikan harga bahan pokok pakan. Statista bahkan memperkirakan harga kacang kedelai bisa naik menjadi US$ 550 per ton, dari sebelumnya US$ 400 per ton. 

Pemerintah sudah menetapkan harga referensi sebagai upaya untuk menstabilkan harga pasar. Adapaun, pemerintah menetapkan harga pakan ternak Rp 7.000 - Rp 7.500 per kg, lalu untuk DOC seharga Rp 6.000 - 7.000 per kg, untuk broiler seharga RP 20.000 -Rp 21.000 per kg, dan untuk jagung seharga Rp 5.600 - Rp 5.700 per kg.

“Terlepas dari harga acuan yang ditetapkan, kami melihat praktiknya justru sering berbeda, seperti harga livebird di bawah harga minimum, yang membuat biaya melambung lebih tinggi dari harga yang ditetapkan,” imbuh Mikhail.

Menurut dia, tren fluktuasi harga tersebut mengindikasikan adanya volatilitas pada sektor ini yang dipicu oleh eksternal (faktor musiman dan kondisi ekonomi), dan internal (penjualan dan produksi). Adapun, JPFA memasang strategi dengan menguatkan bisnis hilirnya dengan berinvestasi pada rumah potong guna mengurangi eksposur fluktuasi harga tersebut.

Pada tahun ini, Mikhail memproyeksikan JPFA bisa mengantongi pendapatan Rp 48,4 triliun dengan laba bersih Rp 2 triliun. Sementara untuk tahun depan, pendapatan sebesar Rp 52,7 triliun dan laba bersih sebesar Rp 2,2 triliun.

 

JPFA pada tahun ini juga berencana menganggarkan Rp 350 miliar untuk buyback saham maksimum 1,5% dari seluruh saham yang telah ditempatkan Perseroan. Mikhail memperkirakan, nantinya asset dan ekuitas JPFA akan turun maksimum Rp 350 miliar, ROA naik dari 7,1% jadi 7,2%, dan ROE naik dari 15,4% menjadi 15,9%.

“Untuk laba bersih masih akan tetap sama, tetapi EPS akan naik dari Rp 173,8 menjadi Rp 176,5,” jelas dia.

Saat ini, BNI Sekuritas sangat menyukai JPFA lantaran punya keunggulan yang sangat besar sebagai produsen unggas terintegrasi terbesar ke-2, bisnis unggas dan non-unggas yang terdiversifikasi, serta strategi untuk memperluas toko offline dan online. 

Dengan permintaan yang membaik akan jadi katalis positif untuk kinerja JPFA, Mikhail pun memasang rekomendasi beli untuk saham JPFA dengan target harga Rp 1.950 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×