kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berikut Tips Mengelola Dana JHT Secara Pribadi Melalui Reksadana


Senin, 21 Februari 2022 / 19:16 WIB
Berikut Tips Mengelola Dana JHT Secara Pribadi Melalui Reksadana
ILUSTRASI. Menyiapkan dana JHT melalui sebuah instrumen investasi dan dikelola secara pribadi sangat mungkin.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

“Jangan lupa untuk cari tahu soal manajer investasinya, seperti sudah berapa lama beroperasi, berapa besar dana kelolaan, berapa banyak produknya dan seperti apa kinerjanya secara keseluruhan. Ini kan masalah kepercayaan, jadi harus dipastikan cari manajer investasi yang prudent,” katanya.

Namun, Eko menyebut memilih reksadana saham juga tidak bisa asal pilih dan kemudian dibiarkan hingga bertahun-tahun. Investor disebut harus tetap belajar mengamati pasar dan perkembangannya. Hal ini merupakan kunci penting dalam pengelolaan dana JHT itu sendiri.

Dia mencontohkan, 10 tahun lalu, produk reksadana yang porsinya mayoritas berisikan saham konsumer diyakini akan punya kinerja yang baik karena berkaitan dengan kebutuhan pokok orang-orang. 

Baca Juga: JHT Baru Bisa Dicairkan Seluruhnya di Usia 56 Tahun, Apa Plus Minusnya Bagi Pekerja?

Nyatanya, saat ini, saham yang berkaitan dengan teknologi dan new economy jadi bintangnya. Tapi, dalam beberapa tahun ke depan, tidak menutup kemungkinan akan terjadi perubahan lagi. Oleh karena itu, dengan belajar soal tren dan perkembangan pasar, investor bisa mengelola dana JHT mereka agar tetap optimal dan maksimal. 

Sementara Reza menyarankan, dalam memilih produk reksadana saham untuk keperluan dana pensiun, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Pertama, kinerja historis produk tersebut, apakah bisa mengungguli IHSG atau tidak. 

Dia menyebut, kinerja historis sebaiknya tidak mengacu satu atau dua tahun terakhir, namun setidaknya kinerja dalam tiga tahun terakhir. Pasalnya, beberapa produk reksadana saham bisa berkinerja apik pada satu atau dua tahun pertama, namun kemudian tenggelam pada tahun-tahun berikutnya.

“Jangan lupa untuk baca fund fact sheet produknya. Cari yang komposisi sahamnya berisikan saham dengan daily trading value (DTV) yang tinggi, merupakan emiten bagian dari grup besar yang dapat dipertanggungjawabkan, serta punya fundamental bagus,” terang Reza.

Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Turun Rp 8,14 Triliun pada Januari 2022

Selain fokus ke kinerja, Reza mengingatkan investor harus melakukan evaluasi kinerja dan rebalancing portofolio untuk memastikan kinerjanya tetap optimal. Ia meyakini, review kinerja bisa dilakukan tiga tahun sekali jika memang tujuannya jangka panjang. Jika dalam periode tersebut ternyata tidak bisa mengalahkan indeks, maka investor bisa mempertimbangkan untuk mengganti dengan produk reksadana saham lain.

Setali tiga uang, menurut Eko investor juga harus melakukan evaluasi kinerja portofolio investasi secara berkala. Menurutnya, setiap investor sedari awal sebaiknya sudah punya target imbal hasil per tahun yang ingin didapat. Lalu, setiap enam bulan sekali, kinerjanya dievaluasi, apakah masih on-track atau malah tertinggal.

Jika ternyata tertinggal, ia menyebut investor harus punya batas toleransi dan punya pertimbangan matang sebelum memutuskan ganti produk. Pasalnya, bisa saja, ke depan kinerja produk tersebut outperform dan mengejar ketertinggalan. Jika investor malah cepat-cepat pindah produk, justru akan dibebani biaya jual-beli yang semakin menghambat potensi keuntungannya.

“Mengelola portofolio investasi itu memang ga mudah, walau lewat reksadana yang dikelola manajer investasi, kita harus tetap terlibat. Harus rajin mengamati, mengevaluasi, dan melakukan rebalancing ataupun pergantian produk jika memang diperlukan,” tutupnya.

Baca Juga: OJK: Milenial Sumbang 80% Jumlah Investor di Pasar Modal Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×