kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berikut bisnis manufaktur yang punya prospek cerah menurut analis


Jumat, 08 Mei 2020 / 04:00 WIB
Berikut bisnis manufaktur yang punya prospek cerah menurut analis
ILUSTRASI.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas industri manufaktur Indonesia berada di titik terendah sepanjang masa. Meskipun begitu, analis saham masih melihat prospek yang positif pada sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur ini.

Sebelumnya, IHS Markit melaporkan, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia merosot dari 43,5 pada bulan Maret menjadi 27,5 pada April 2020. Angka ini berada di posisi terbawah sepanjang survei PMI sejak April 2011.

Menurut IHS Markit, penyebabnya adalah pandemi virus corona yang telah berimbas pada penutupan pabrik serta anjloknya permintaan, output, dan permintaan baru. Perusahaan yang tergolong dalam industri manufaktur adalah produsen makanan dan minuman, rokok, tekstil dan garmen, otomotif, hingga farmasi.

Baca Juga: Kredit jatuh tempo BUMN jadi sorotan, begini kata analis

Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael Wilson Setjoadi melihat prospek yang positif pada emiten manufaktur yang memproduksi kebutuhan pokok, seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Pasalnya, emiten-emiten ini termasuk dalam sektor bisnis yang defensif.

"Jadi, jika terjadi pelemahan ekonomi, kinerja perusahaan tersebut lebih terjaga," tutur dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (6/5). Michael juga menilai hal serupa bakal terjadi pada bisnis produsen rokok. Alasannya, para perokok cenderung tetap membeli produk hasil tembakau tersebut meski kondisi ekonomi menurun.

Oleh karena itu, Michael memperkirakan, laba bersih produsen kebutuhan pokok dan rokok masih dapat tumbuh single digit hingga 10% pada 2020. Sementara itu, laba bersih sektor yang lain bisa turun 25% sampai dengan 50%, termasuk pada perusahaan yang bergerak di bidang otomotif.

Baca Juga: Kemenperin siapkan sejumlah solusi untuk sembuhkan industri terdampak corona

Bernada serupa, Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya memperkirakan, potensi pendapatan dan laba bersih emiten dari sektor barang konsumsi masih akan solid. Begitu juga dengan produsen obat-obatan dan produk kesehatan lainnya. "Barang-barang yang dihasilkan tergolong kebutuhan primer. Terlebih lagi, permintaan produk-produk kesehatan cukup tinggi di tengah pandemi Covid-19 ini," kata dia.

Akan tetapi, kinerja perusahaan-perusahaan tersebut tidak akan naik terlalu signifikan. Rendy memprediksi, pendapatan serta laba bersih produsen barang konsumsi dan farmasi dapat tumbuh di kisaran mid to high single digit.

Untuk investasi jangka panjang, ia merekomendasikan beli saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan target harga Rp 1.500 per saham, INDF Rp 7.850, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Rp 11.000 per saham. Selain karena tergolong sektor yang lebih minim terdampak Covid-19, ketiga emiten ini memiliki posisi neraca keuangan yang solid.

Baca Juga: Kadin: Pertumbuhan industri bakal kian merosot di kuartal II-2020

Sebelumnya, Michael memprediksi bahwa laba bersih produsen otomotif akan turun pada tahun ini. Meskipun begitu, Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy melihat prospek cerah pascapandemi pada PT Astra International Tbk (ASII) sebagai salah satu produsen otomotif terbesar.

"Meskipun masih dibayangi penjualan mobil yang akan lebih rendah dari tahun lalu, namun ke depannya kami masih cukup optimistis dengan prospek ASII," tutur dia kepada Kontan.co.id, Kamis (7/5). Alasannya, nilai aset yang dimiliki Astra International tergolong besar sehingga membuat ASII lebih dapat bertahan dari terpaan krisis dibanding perusahaan-perusahaan lain.

Baca Juga: Sektor industri menyumbang 19% PDB Indonesia di kuartal pertama 2020

Terlebih lagi, Astra International baru saja memperoleh kepastian divestasi Bank Permata yang akan menambah saldo kas sebesar Rp 17 triliun-Rp 18 triliun. "Ini tentunya sangat berguna untuk mempersiapkan ekspansi pascapandemi," ungkap Robertus. Oleh karena itu, ia memasang saran beli saham ASII dengan target harga Rp 4.235 per saham.

Sebagai informasi, laba bersih segmen otomotif ASII pada triwulan pertama 2020 naik 1,3% secara year on year, dari Rp 1,91 triliun ke Rp 1,93 triliun. Segmen ini berkontribusi 40,1% terhadap total laba bersih ASII yang sebesar Rp 4,81 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×