Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas kurs rupiah yang terjadi tahun ini diperkirakan akan berkurang tahun depan. Berdasarkan data Bloomberg, rata-rata nilai tukar rupiah spot sepanjang tahun ini hingga Kamis (17/12) adalah Rp 14.541 per dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai tukar tertinggi berada pada Rp 16.575 per dolar AS pada 23 Maret lalu dan terendah pada Rp 13.583 per dolar AS pada 24 Januari. Pada Kamis (17/12), kurs rupiah berada di Rp 14.108 per dolar AS. Nilai tukar rupiah stabil di sekitar level tersebut sejak minggu kedua November atau dalam enam pekan.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, pergerakan rupiah tahun depan diprediksi masih akan stabil dan mencerminkan fundamental. Hal ini didukung upaya Bank Indonesia (BI) untuk menjaga nilai tukar rupiah, termasuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,75% di pengujung 2020.
"Tahun depan situasinya enggak akan banyak berubah, stimulus berjalan, suku bunga akan tetap rendah dan tekanan ke rupiah relatif akan berkurang, sama dengan posisi tahun ini," kata Asmo kepada Kontan.co.id, Kamis (17/12).
Baca Juga: Dolar meredup, euro, yen, dan yuan bisa menjadi pilihan tahun depan
Adapun faktor yang mencerminkan fundamental di level tersebut lantaran masih berlangsungnya kebijakan stimulus di beberapa negara tahun depan. Untuk itu, indeks dolar diprediksi masih akan turun, didukung capital growth yang stabil di beberapa negara. "Jadi, kalau kita bicara keseimbangan nilai tukar di 2020 sudah pas karena faktornya seperti suku bunga rendah bakal memicu asing masuk ke Tanah Air," kata dia.
Menurut dia, level rupiah saat ini sudah cukup mencerminkan fundamental. Asmo memperkirakan, rupiah akan berada di kisaran Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.200 per dolar AS tahun depan. Volatilitas pasar juga memungkinkan rupiah terseret di bawah Rp 14.000 per dolar AS tapi itu hanya sementara.
"Eskpektasi pelemahan belum ada, kecuali ada perubahan stance kebijakan dari Federal Reserve di 2020 yang bisa menyebabkan capital outflow, semisal dikuranginya quantitatve easing (QE). Tapi saya melihat kemungkinan itu belum terjadi di tahun depan," ungkap dia.
Baca Juga: Hari ini menguat 0,13%, simak prediksi pergerakan rupiah esok
Asmo juga memandang, indeks dolar AS rendah dan berhasil menyentuh level 89,94 yang merupakan level terendah sejak 20 April 2018, bakal mendorong asing untuk melirik aset-aset berisiko, termasuk di negara berkembang atau emerging markets.
"Indeks dolar sekarang saja sudah rendah, dan selama The Fed melancarkan stimulus dan kebijakan dovish-nya maka indeks masih akan rendah. Asing akan pilih untuk risk on," tandas dia.
Baca Juga: Indeks dolar menyentuh level terendah sejak April 2018
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News