kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Beres-beres KSEI demi gaet investor


Kamis, 08 November 2018 / 19:50 WIB
Beres-beres KSEI demi gaet investor
ILUSTRASI. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)


Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perjalanan regulator pasar modal atawa self-regulatory organization (SRO) dalam membentuk iklim investasi yang nyaman tidaklah semudah membalik telapak tangan. Evolusi pasar modal yang semakin dinamis menuntut SRO seperti PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terus berbenah diri.

Menjawab tantangan tersebut, beberapa program KSEI yang pro kepada investor terus digalak. Dimulai dari menggaet anak muda untuk mulai berinvestasi dan menangkap poteni pasar modal syariah yang bisa dijadikan solusi berinvestasi masyarat Indonesia yang disebut-sebut sebagai salah satu negara islam terbesar di dunia.

Asal tahu saja, total investor yang tercatat di KSEI berdasarkan kepemilikan Single Investor Identification (SID) per Septermber 2018 telah mencapai 1,5 juta investor. Menariknya, sekitar 19,22% dari total SID tersebut memiliki pekerjaan sebagai pelajar yang artinya mereka adalah kaum milenial.

Melihat secara demografi, ternyata 34,13% dari total investor berusia di rentang 21 tahun hingga 30 tahun. Benar saja, bonus demografi yang digadang-gadang sedang mendera Indonesia sudah tergambar dari jumlah investor.

KSEI optimistis target 1,7 juta investor akan terus terwujud terutama datang dari kaum milenial. Keterikatan kaum milenial dengan teknologi tersebut membuat KSEI makin gencar melakukan kemudahan teknologi dalam mengakses pasar modal. Simplifikasi pembuatan rekening efek serta pengembangan aplikasi AKSes menjadi program yang tengah digenjot.

Alec Syafruddin, Direktur KSEI menjelaskan, konsep simplifikasi pembuatan rekening efek akan memudahkan masyarakat sekaligus sekuritas untuk melakukan pembukaan rekening. Idenya sederhana, bagaimana memanfaatkan teknologi yang ada agar pembukaan rekening efek yang masih kental dengan dokumen-dokumen fisik bisa dilakukan secara elektronik.

Disisi lain, pemanfaatan lembaga keuangan seperti perbankan yang memiliki jaringan sangat luas bisa dijadikan perpanjangan tangan bagi sekuritas untuk menjaring investor. Konsep know your costumer (KYC) yang membutuhkan infrastruktur rumit bisa dipermudah dan simplifikasi dengan konsep ini. Sinergitas bank dengan sekuritas akan lebih mudah untuk menjaring investor.

“Mudah-mudaha surat edaran Otoritas Jasa Keungan (OJK) terkait hal tersebut segera keluar akhir tahun ini. Sehingga tahun depan dapat cepat dieksekusi dan sekuritas bisa fokus dalam pengembangan lain diluar jaringan kantor cabang,” ujar Alec saat ditemui di Bantul, Yogyakarta, Rabu (8/11).

Tidak berhenti tersebut, KSEI kian kreatif dalam pemanfaatan teknologi seperti dengan rencana mereka dalam usaha membidani konsep e-proxy dan e-voting dalam mekanisme rapat umum pemegang saham (RUPS). Selama ini mekanisme RUPS yang masih bergantung kepada cara-cara tradisional akan diubah menjadi mudah dan elektronik.

E-proxy, konsep ini sudah muncul di tahun 2017. Kembali lagi, idenya sederhana. Melihat adanya kejadian RUPS yang sering tidak menghasilkan agenda dikarenakan jumlah minimum anggota yang dipersyaratkan harus hadir dalam rapat atau kuorum tidak sesuai membuat e-proxy menjadi solusi. Pasalnya konsep ini akan membuat pemegang saham dapat memberikan kuasa RUPS kepada orang yang ditunjuk secara lebih mudah.

Elektonifikasi dokumen, surat kuasa dan verifikasi membuat pemberian kuasa akan lebih cepat dan mudah. Tingkat kemangkiran peserta RUPS akan tertekan sehingga keputusan RUPS bisa lahir lebih cepat. Menyempurnakan konsep tersebut, KSEI pun tengah mengembangkan e-voting. Konsep yang sejenis dengan e-proxy. Memungkinkan peserta RUPS untuk hadir mengikuti RUPS sekaligus memberikan suara mereka tanpa harus hadir di RUPS.

Bisa dibayangkan dengan kemudahan ini, pengakomodiran investor ritel yang memilik jumlah fisik banyak akan jauh lebih berperan dalam RUPS.

“Emiten dengan jumlah investor banyak akan jauh lebih efisien dari sisi waktu, tempat dan hasil RUPS,” ujar Alec.

Konsep ini sebetulnya hadir pula berkat negara lain yang sudah terlebih dahulu menerapkan yakni Turki dan Taiwan. Bahkan beberapa teknologinya pun di serap dari kedua negara ini. Seluruh SRO maupun OJK sudah mengadakan pertemuan dan pembahasan terkait rencana ini.

Hanya saja, terdapat salah satu kendala dalam penerapan e-voting yakni adanya undang-undang perseroan terbatas yang membutuhkan hal-hal fisik seperti kehadiran pemegang saham ataupun tanda tangan basah dalam setiap pengambilan voting.

Sejalan dengan itu, Pengamat Pasar Modal PT Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Alfatih menyambut baik konsep elektronifikasi dalam RUPS. Kendala jarak dan waktu dari pemegang saham yang tidak selalu bisa hadir dalam RUPS dapat teratasi. Terutama dari pemegang saham dan investor yang berdomisili jauh dari pusat bisnis.

“Sering kali emiten kesulitan mencapai kuorum ataupun investor sulit berpartisipasi dalam RUPS. Ini sebuah solusi,” pungkas Alfatih. Pun, fungsi-fungsi vital seperti notaris dalam RUPS akan jauh lebih dimudahkan dalam mencatat RUPS dengan adanya elektronifikasi ini.

Alec berharap semua infrastruktur teknologi sudah bisa rampung pada akhir tahun 2018. Sedangkan untuk implementasi menurutnya membutuhkan waktu. Tahun 2019 akan menjadi tahun uji coba metode ini untuk para emiten yang bersedia menjadi pilot projek.

Investor syariah

Diluar beres-beres teknologi yang tengah dilakukan KSEI, penyempurnaan infrastruktur investasi syariah semakin digenjot. Penyempurnaan syariah di segala lini akan dilakukan. KSEI tengah mengejar fatwa Majelis Ulama Indonesia dari sisi penyimpanan efek dan settlement. Pemisahan dan pembuatan rekening efek syariah juga memudahkan SRO dalam mendata angka pasti investor syariah yang masih tercampur saat ini.

Karena akan terasa tidak maksimal label efek syariah yang dikeluarkan OJK jika tidak dibarengi dengan infrastruktur syariah secara menyeluruh. Alec mengatakan, bahkan efek syariah saat ini sudah sekitar 70% dari total efek yang tercatat di KSEI termasuk saham, sukuk dan reksadana.

“Pasar modal syariah akan semakin luas, bahkan ada sekuritas yang akan menyediakan layanan zakat saham berkeja sama dengan badan amil zakat. Tidak menutup kemungkinan sedekah saham juga hadir. Puncaknya akan terjadi saat fatwa MUI rekening efek syariah sudah disetujui,” tutup Alec.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×