Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) berencana menerbitkan surat utang US$ 270 juta. Penerbitan obligasi tersebut dinilai akan menurunkan margin profit perusahaan.
Sebelumnya, GJTL telah mengumumkan dana hasil penerbitan surat utang baru ini akan digunakan untuk melunasi surat utang lama yang diterbitkan pada 2017 dan akan jatuh tempo pada 10 Agustus 2022.
Rincian nilai pokok dan bunga dari Surat Utang Lama yang rencananya akan dibayarkan oleh GJTL adalah sebesar pokok US$ 250 juta ditambah dengan bunga sebesar 8,375% yang jumlah pastinya akan ditentukan kemudian pada saat pembayaran.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menjelaskan jika dilihat dari perjanjian pelunasan surat utang lama dilakukan dengan cara pembelian kembali surat utang lama dan sesuai dengan dokumen surat utang lama. Nilai yang harus dibayarkan GJTL adalah sebesar 104,1875% (apabila pembelian kembali dilakukan sampai dengan 10 Agustus 2021).
Baca Juga: Rencana penerbitan surat utang Gajah Tunggal (GJTL) tersendat
Dengan asumsi bunga 8,375% per tahun, jika sampai bulan Agustus, berarti bunga yang harus dibayar 5,58%. "Artinya, dana yang harus dibayarkan mencapai US$ 274 juta, sedangkan total obligasi baru US$ 270 juta sehingga baru mencapai 98,3% dari target," jelasnya kepada kontan.co.id, Kamis (25/3).
Dengan begitu, ia memproyeksikan untuk margin profit nantinya akan turun karena kondisi bunga lebih tinggi dibandingkan sebelumnya dan ditambah fluktuasi pergerakan rupiah.
Analis Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta Utama menuturkan dari sisi hutang, GJTL memiliki debt equity ratio (DER) di level 159%. "Masih di bawah 200%, masih belum sangat tinggi untuk ukuran perusahaan swasta," sebutnya.
Terlebih, ia menilai positif melihat pergerakan DER perusahaan yang mengalami penyusutan sejak 2015. Nafan menjelaskan, pada periode 2015-2018, DER GJTL berada di atas 200%. Namun, pada 2019 mulai menyusut, menyentuh pas di 200% dan di tahun kemarin kembali menyusut ke level 159%.
"Jadi, keliatannya perusahaan ini tetap menghasilkan kinerja net profit walaupun pendapatan turun tapi setidaknya ada efisiensi," terangnya.
Baca Juga: Tidak Kuorum, RUPSLB Gadjah Tunggal (GJTL) Batal Bahas Agenda Penerbitan Surat Utang
Ia juga menilai, jika obligasi lancar dilakukan justru akan memberikan efek positif bagi GJTL. Sebabnya, dari penggunaan dana tersebut juga bisa digunakan dalam rangka permodalan ataupun meningkatkan kapasitas produksi memanfaatkan momentum DER pada kebutuhan ekonomi saat ini.
Menilik laporan keuangan perusahaan, tercatat pendapatan GJTL mengalami koreksi 15,7% sepanjang 2020 menjadi Rp 13,43 triliun. Kendati begitu, laba bersih perusahaan produsen ban ini mencatatkan kenaikan sebesar 18,58% yoy menjadi Rp 319 miliar.