Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana mencabut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017 tentang penetapan harga eceran tertinggi (HET) beras.
Rencana ini diproyeksi tidak banyak memberi angin segar bagi emiten di sektor ini.
Analis Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menilai, langkah pemerintah mencabut Permendag ini bertujuan untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok.
Baca Juga: Emiten Rokok Kembali Dihantui Kenaikan Tarif Cukai
Fajar melihat, pemerintah ingin menjaga stabilitas harga dan stok pangan, termasuk impor beras. Masalahnya, jika stok impor berlimpah, emiten beras tak bisa leluasa mengerek margin.
"Saham emiten beras yang terkoreksi belakangan ini, juga karena ada sentimen kebijakan impor beras, yang menekan harga dan penjualan emiten," ujar Analis Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menganalisa, jika Permendag HET beras dicabut, maka bisa memberikan dampak positif bagi emiten beras.
Setidaknya, berpotensi mengangkat kinerja top line atau penjualan.
Baca Juga: Buyung Poetra Sembada (HOKI) Tambah 80 Toko Hingga Akhir 2022
Secara industri, bisnis emiten beras punya prospek apik karena karakteristiknya sebagai barang konsumen primer yang tahan banting (defensif).
Cuma, minat investor memilih saham emiten ini bergantung pada bottom line kinerjanya.
Karena itu, Azis menyarankan investor mencermati terlebih dahulu tren pergerakan sahamnya.
"Saat ini kami menyarankan wait and see terlebih dulu hingga ada perbaikan kinerja keuangan," ujar dia.
Kinerja emiten beras memang belum moncer. Contoh PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI).
Baca Juga: Siap-Siap Bulan Madu Harga CPO Berakhir, Ini Rencana Bisnis Emiten Produsen Sawit
Di kuartal III-2022, laba bersih HOKI ambles 84,48% jadi Rp 1,79 miliar.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menilai, saham emiten beras kurang likuid untuk trading.
Cheril pun belum menyarankan HOKI dan NASI sebagai pilihan. "Kapitalisasi kecil dan likuiditas terbatas," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News