kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Beragam sentimen positif mengitari CPO


Rabu, 31 Agustus 2016 / 08:58 WIB
Beragam sentimen positif mengitari CPO


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pelemahan nilai tukar ringgit menjadi pendorong harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) menguat. Mengutip Bloomberg, Selasa (30/8) pukul 16.59 WIB, kontrak harga CPO pengiriman November 2016 di Malaysia Derivative Exchange menguat 0,44% menjadi RM 2.528. Sepekan terakhir harga masih terkikis 1,9%.

Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar memaparkan, turunnya harga minyak mentah dunia sempat menyeret CPO. Tetapi pidato Gubernur The Fed Janet Yellen akhir pekan lalu menjaga penguatan dollar AS terhadap ringgit Malaysia.

"CPO yang diperdagangkan dengan ringgit mengambil peluang untuk menguat," paparnya. Sentimen positif CPO beragam. Misalnya, berdasarkan data Intertek Testing Services, ekspor CPO Malaysia periode 1 - 25 Agustus naik 31% menjadi 1,3 juta metrik ton.

India mencatat permintaan terbesar, yakni 455.970 ton, menyusul Uni Eropa 251.252 ton dan Asia Oceania 212.097 ton. Di samping itu, ketatnya angka suplai akibat badai El Nino turut membantu mengangkat harga.

Deddy memprediksi, harga CPO akan bergulir pada rentang RM 2.400 - RM 2.650 per metrik ton. Tetapi jika menembus RM 2.650 per metrik ton, harga berpeluang naik ke RM 2.700 - RM 2.780 hingga akhir tahun.

Berkurangnya suplai belum berhenti, meski El Nino berakhir. Indonesia dan Malaysia sebagai produsen CPO terbesar dunia terancam oleh badai La Nina yang membawa hujan lebat, sehingga membanjiri tanaman kelapa sawit. Imbasnya, produksi CPO juga akan terganggu.

Dirjen Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian Dwi Praptomo Sujatmiko menyatakan, produksi CPO Indonesia bakal turun 5% tahun ini. Artinya produksi menjadi sekitar 31 juta ton, lantaran La Nina.

Data ekspor CPO Malaysia Agustus juga menjadi penggerak harga CPO dalam jangka pendek. Data tersebut baru akan diumumkan hari ini (31/8). Lalu pada akhir pekan ini, Amerika Serikat (AS) akan merilis data tenaga kerja yakni non farm payroll bulan Agustus. Data tersebut akan mempengaruhi laju USD dan komoditas, termasuk CPO.

Secara teknikal, harga CPO bergulir di atas moving average (MA) 50, MA100 dan MA200, sehingga menunjukkan tren bullish. Indikator moving average convergence divergence (MACD) bergerak di area positif. Indikator relative strength index (RSI) menguat di level 55, demikian juga dengan stochastic yang menanjak ke level 53.

Rabu (31/8) Deddy memprediksi, harga CPO menguat di rentang RM 2.480 - RM 2.530 per metrik ton dan RM 2.400 - RM 2.600 per metrik ton dalam sepekan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×