Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Demi meningkatkan pendapatan berulang alias recurring income, pengembang properti PT Bekasi Fajar Estate Tbk (BEST) berniat untuk mengembangkan kawasan komersial di tengah kawasan industri miliknya.
Maklum, selama ini recurring income yang diperolehnya masih sangat kecil. Sementara, pendapatan dari penjualan tanah menurun drastis dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan per triwulan dua tahun 2014, recurring income perseroan menyumbang Rp 28,89 miliar atau sekiar 12% dari total pendapatan bersih BEST hingga Juni lalu sebesar Rp 243,69 miliar. Jumlah perolehan recurring income ini sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni 5% atau Rp 22,2 miliar terhadap total pendapatan semester 2 tahun sebelumnya.
Sementara, pendapatan dari penjualan tanah menurun drastis. Hingga semester dua, BEST hanya mampu membukukan penjualan tanah sebesar Rp 214,72 miliar, turun 49,26% year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya Rp 423,15 miliar.
Menurut Asa Siahaan, Investor Relations & Corporate Fnance BEST, recurring income perseroan paling utama hanya berasal dari pendapatan maintenance fee, service charge, dan pengelolaan air (water management). "Kami berencana untuk menstabilkan pendapatan kami. Untuk itu, recurring income akan ditingkatkan secara bertahap," ujarnya kepada KONTAN.
Salah satu opsi terbarunya adalah dengan berinvestasi bangunan komersial, seperti pembangunan hotel di area industri Bekasi tersebut. Namun, Asa bilang, rencana ini masih dalam tahap diskusi, dan belum dapat menyebut nilai investasinya.
Di samping itu, perseroan sedang menggenjot recurring income dengan membangun pergudangan logistik, yang menggandeng Daiwa House Co Ltd asal Jepang. Pembangunan pergudangan logistik ini di atas lahan seluas 25 ha, dan berlangsung tiga tahap.
Setiap tahap diperkirakan akan memakan waktu sekitar 1 1/2 tahun, dimana nilai proyek bangunan saja sebesar Rp 300 miliar. Fase pertama akan mengambil lahan sekitar 9,5 ha. "Pendapatan yang diperoleh dalam setahun bisa mencapai US$ 23 juta jika semua fase itu sudah komplit disewakan," tambahnya.
Tak hanya membangun pergudangan logistik, BEST juga sedang mengembangkan standard factory building (SFB) atau pabrik standar untuk disewakan. Dalam pengembangan SFB, BEST akan melakukan dalam dua tahap, dimana masing-masing sekitar 1 hektar. Untuk investasi SFB, perseroan harus merogoh kocek sekitar US$ 6 juta untuk akusisi tanah dan pembangunan tahap satu.
Asa memproyeksikan, pembangunan SFB tahap pertama akan selesai pada pertengahan tahun 2015, dan akan segera disewakan. Total pendapatan dari sewa itu mencapai US$ 1 juta dalam setahun. Sementara, tahun 2015 nanti, ia memperkirakan akan ada tambahan recurring income dari SFB sebesar US$ 500.000, atau sekitar Rp 5,75 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News