Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengerek target jumlah pencatatan efek baru menjadi 200 pada 2023. Tak tanggung-tanggung nilai tersebut melesat dari target awal yang hanya 70 pencatatan efek baru.
Target itu berlaku untuk semua instrumen, yaitu saham, obligasi, waran terstruktur, kontrak investasi kolektif baru yang mencatatkan dana investasi real estate (DIRE), exchange-traded fund (ETF) dan efek beragun aset (EBA).
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna menyampaikan pihaknya telah melakukan revisi atas target jumlah seluruh pencatatan efek baru.
"Target pencatatan efek baru menjadi 200 untuk seluruh instrumen. Bursa memberikan perhatian dan upaya kepada semua instrumen," kata Nyoman, Kamis (27/7).
Baca Juga: BEI dan Bursa Hong Kong Menjalin Kongsi
BEI melaporkan, hingga 21 Juli 2023, sudah ada 49 perusahaan yang mencatatkan saham di bursa efek dalam negeri. Total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 44,9 triliun.
Dari penerbitan Perdagangan Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), sudah ada 64 emisi yang diterbitkan dari 46 penerbit. Dana yang telah terhimpun menembus Rp 73,5 triliun.
Kendati begitu, Nyoman tidak memberikan rincian terkait target pelaksanaan penawaran umum saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) untuk tahun ini.
Baca Juga: PEI Bidik Kenaikan Pendanaan Efek ke Anggota Bursa di 2023
Namun dalam pipeline BEI ada 43 perusahaan yang masih mengantre untuk IPO. Sekitar 26 calon emiten merupakan perusahaan aset skala menengah, 6 perusahaan aset skala kecil dan sisanya skala besar.
Nyoman membeberkan sebuah IPO bisa dikatakan berhasil ketika ekspektasi dan tujuan IPO yang ditetapkan oleh pemegang saham dan jajaran manajemen dapat terpenuhi.
"Keberhasilan IPO tidak hanya ditentukan dari besar dana yang diperoleh di primary market tetapi juga performa di secondary market," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News