Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Dina Mirayanti Hutauruk, Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kondisi pasar modal yang lesu pada tahun ini menyebabkan beberapa calon emiten mundur dari rencana go public. Oleh karena itu Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya berani menargetkan 22 emiten baru tahun ini, turun dari target awal tahun sebanyak 32 emiten.
Untuk tahun depan, BEI punya target lebih optimistis tahun depan. Tito Sulistio, Direktur Utama BEI, berharap tahun depan transaksi pasar modal bisa kembali ramai dan iklim investasi membaik. "Tahun depan, targetnya jumlah emiten baru harus kembali di atas 30 emiten," kata Tito, Senin (28/9).
Tito ingin beberapa emiten yang menunda rencana penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) bisa melanjutkan rencana tersebut tahun depan. Untuk mendapatkan emiten baru, Tito tengah melakukan pendekatan kepada beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar melepas anak usahanya ke publik. "Kami sudah bicara dengan BUMN, minimal dua anak usaha IPO," imbuhnya.
BEI juga mengincar beberapa perusahaan besar untuk melepas sahamnya ke publik. Tito bilang, banyak perusahaan yang mengambil keuntungan dari kekayaan alam dalam negeri tapi induknya menjadi emiten di luar negeri. Ada sekitar 16 perusahaan besar yang akan diimbau untuk listing di BEI.
Menurut Tito, kebanyakan perusahaan ini bergerak di sektor pertambangan dan perkebunan. Tito mencontohkan, perusahaan seperti Freeport, Newmont, dan Wilmar seharusnya bisa melepas sahamnya untuk publik. "Kami sedang survei dan mengimbau," imbuhnya.
Jika 16 perusahaan besar ini bisa menjadi emiten di BEI, Tito memperkirakan nilai kapitalisasi pasar modal bisa naik 30%. Baru 13 emiten Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, baru 13 emiten yang mencatatkan diri di BEI. BEI mengaku sudah mengantongi sembilan nama calon emiten lain yang tengah bersiap listing di kuartal akhir. PT Indonesia Pondasi Raya (Indopora) setengah jalan menuju papan pencatatan BEI.
Berdasarkan sumber KONTAN yang mengetahui rencana tersebut, dokumen resmi penawaran perdana saham (IPO) Indopora masuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Senin (28/9). Indopora berencana menerbitkan 303 juta saham baru. Jumlah itu setara dengan 15,13% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. Aset perseroan mencapai Rp 1 triliun. Adapun, target dana yang bisa terjaring dari penawaran saham perdana perusahaan pondasi bangunan ini sekitar Rp 300 miliar hingga Rp 400 miliar. "Jika tidak ada aral melintang, Indopora sudah bisa listing pekan kedua Desember," ujar si sumber.
PT Mitra Komunikasi Nusantara menambah daftar calon emiten yang akan masuk ke papan pencatatan BEI. Perusahaan ritel ini akan merilis saham baru melalui penawaran perdana saham (IPO) sebanyak 200 juta saham. Jumlah ini setara 20% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan. Harga penawaran akan berkisar Rp 200 hingga Rp 300 per saham.
Dengan demikian, perseroan ini berpotensi meraup dana segar sekitar Rp 40 miliar sampai Rp 60 miliar. Harga ini mencerminkan rasio price to earning (PE) perseroan yang ada di rentang 8 kali–12 kali.
Jefri Junaedi, Direktur Utama Mitra Komunikasi Nusantara, mengatakan, dana hasil IPO ini sebagian besar akan digunakan untuk ekspansi. "Sebesar 70% untuk ekspansi, sisanya untuk membayar utang," kata Jefri. Berdasarkan jadwal sementara, proses penawaran awal berlangsung 28 September 2015 sampai 6 Oktober 2015. Tanggal efektif diharapkan bisa diperoleh 16 Oktober 2015 dan pencatatan saham pada 26 Oktober 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News