Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga 19 Januari 2023, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi 22 perusahaan tercatat yang akan melakukan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue. Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna memperkirakan, dana yang akan diperoleh dari gelaran rights issue sebesar Rp 19,1 triliun.
Nyoman mengatakan, jumlah perusahaan yang berencana melakukan rights issue didominasi oleh sektor keuangan, yakni sebanyak 7 perusahaan. Sebanyak 3 perusahaan masing-masing berasal dari sektor barang konsumsi siklikal dan barang konsumsi non siklikal. Sebanyak 2 perusahaan berasal dari sektor transportasi dan logistik serta energi.
Sisanya, yakni masing-masing 1 perusahaan berasal dari sektor industri, sektor Kesehatan, sektor properti dan real estate, sektor bahan material dasar, dan satu perusahaan di sektor energi.
Kontan.co.id mencatat, sejumlah emiten saat ini tengah menggelar aksi korporasi berupa rights issue, salah satunya PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN). Dalam aksi korporasi ini, emiten pengembang properti yang dikenal dengan nama Triniti Land tersebut mematok harga pelaksanaan Rp 900 per saham. TRIN menghimpun sebesar 146.814.424 saham baru dan memperoleh dana segar sebesar Rp 132,13 miliar dari rights issue.
Baca Juga: Di Tengah Kenaikan IHSG, Asing Banyak Menjual Saham-Saham Ini Selama Sepekan
Sementara di sektor finansial, PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW) yang akan merilis 14,72 miliar saham baru, dengan nilai nominal Rp 250 per saham dalam gelaran rights issue.
Head of Business Development PT FAC Sekuritas Indonesia, Kenji Putera Tjahaja menilai rights issue tentunya menjadi salah satu opsi pendanaan tambahan bagi emiten yang ingin meraup pendanaan lebih lanjut.
Di tengah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia, dia menilai kemungkinan rights issue yang akan terjadi pada tahun 2023 akan meningkat frekuensinya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, sentimen kenaikan suku bunga bisa menjadi batu sandungan bagi emiten / perusahaan untuk mencari pendanaan.
“Khususnya via perbankan yang akan lebih kelihatan kurang menarik akibat beban bunga yang akan meningkat,” kata Kenji.
Menurut Kenji, ada beberapa faktor yang akan mendorong gelaran rights issue tahun ini. Salah satunya pemulihan ekonomi, yang membuat beberapa sektor yang sebelumnya cooling down cukup lama untuk bisa mulai bergerilya lagi dalam melakukan aktivitas dan ekspansi bisnisnya. Sektor properti dan infrastruktur biasanya membutuhkan pendanaan yang cukup besar untuk kelangsungan ekspansi bisnisnya.
Dus, kemungkinan besar gelaran rights issue ini akan diramaikan oleh sektor properti dan infrastruktur tahun ini.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai, kenaikan suku bunga tidak begitu berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan rights issue. Sebab keputusan pendanaan, baik rights issue maupun pendanaan bank dikembalikan ke kebutuhan emiten masing-masing.
Baca Juga: Investor Harus Cerdas dan Teliti Sebelum Membeli Saham IPO
Ada sejumlah faktor yang mesti dicermati investor dalam menebus right issue. Menurut Arjun, salah satunya investor harus mencermati penggunaan dana rights issue.
“Lebih baik disarankan pilih saham yang melakukan rights issue untuk ekspansi,” kata Arjun.
Sementara menurut Kenji, untuk rights issue yang akan dilakukan khususnya oleh perbankan lapis dua, investor harus melihat terkait posisi harga exercise dengan harga di pasar pada saat periode perdagangan rights issue berlangsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News