Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) mengalami penurunan kinerja sepanjang semester I-2022. Hal ini disebabkan oleh tekanan kenaikan harga bahan pangan.
Widodo Makmur Unggas mampu membukukan laba bersih senilai Rp 74,45 miliar pada semester I-2022. Capaian ini turun 15,76% secara tahunan dari Rp 88,38 miliar di semester I-2022.
Chief Financial & HCD Officer PT Widodo Makmur Unggas Tbk Wahyu Adi Susilo menjelaskan melandainya kinerja perseroan salah satunya disebabkan kenaikan harga pakan unggas yang berimbas pada peningkatan biaya produksi.
Baca Juga: Widodo Makmur Unggas (WMUU) Bukukan Penjualan Rp 1,29 Triliun di Semester I 2022
"Kenaikan harga pakan unggas secara nasional telah meningkatkan biaya produksi dan menekan laba perseroan," jelas Wahyu kepada Kontan.co.id belum lama ini.
Dari sisi top line, WMUU mencatatkan penurunan penjualan bersih sebesar 1,80% secara tahunan menjadi Rp 1,29 triliun. Padahal per Juni 2021, penjualan bersihnya mencapai Rp 1,31 triliun.
Segmen ayam broiler turun 70,28% yoy menjadi Rp 13,17 triliun. Segmen telur turun 81,30% yoy menuju Rp 830,20 miliar. Namun segmen pakan mengembang 42,22% yoy menjadi Rp 11,08 triliun dan segmen karas naik 0,79% ke Rp 1,22 triliun.
Hingga akhir tahun, Wahyu bilang pihaknya berupaya untuk meningkatkan kapasitas Rumah Pemotongan Hewan (RPH) unggas untuk mendorong produktivitas WMUU. Sambil menyiapkan untuk ekspor unggas ke Singapura.
"Proses persiapan ekspor ke Singapura tengah berlangsung dan ditargetkan dapat berjalan pada semester kedua 2022," imbuhnya.
Baca Juga: PT Widodo Makmur Perkasa Tbk Membukukan Keuntungan Pada Paruh Pertama 2022
Secara terpisah Chief Executive Officer PT Widodo Makmur Unggas Tbk Ali Masadi menambahkan WMUU juga bakal menjalin kerja sama jangka panjang dengan konsumen dari berbagai segmen, termasuk Horeka (Hotel Restoran Kafe) hingga industri pengolahan daging ayam.
Ali masih optimistis kedepannya peluang industri unggas masih sangat baik. Dia menilai kenaikan harga sapi beberapa waktu lalu mendorong masyarakat mencari sumber protein lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News