kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Begini strategi Sucorinvest AM menghasilkan reksadana pendapatan tetap paling cuan


Minggu, 07 November 2021 / 12:31 WIB
Begini strategi Sucorinvest AM menghasilkan reksadana pendapatan tetap paling cuan
ILUSTRASI. Sucorinvest Stable Fund milik Sucorinvest Asset Management mencatat kenaikan 7,65% sejak awal tahun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap dalam 10 bulan pertama di tahun ini jauh dari kata maksimal. Dalam periode tersebut, kinerjanya yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index baru mencatatkan kenaikan sebesar 2,96%.

Nyatanya, beberapa manajer investasi masih mampu mencatatkan pengelolaan produk yang apik dan optimal sehingga bisa menggungli benchmark tersebut. Salah satu reksadana pendapatan tetap tersebut adalah Sucorinvest Stable Fund milik Sucorinvest Asset Management. 

Produk tersebut berhasil mencatat kenaikan 7,65% sepanjang 10 bulan pertama di tahun ini. Perolehan tersebut sekaligus mengantarkan Sucorinvest Stable Fund sebagai produk reksadana pendapatan tetap dengan kinerja terbaik pada periode tersebut.

Baca Juga: Perbanyak obligasi korporasi jadi kunci reksadana Panin AM ungguli benchmark

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menuturkan, tahun ini memang cukup menantang bagi pasar obligasi, khususnya obligasi negara seiring cukup tingginya volatilitas yang terjadi. Namun, di satu sisi, kinerja obligasi korporasi justru cenderung bagus dan stabil.

“Oleh karena itu, strategi pengelolaan kami adalah dengan overweight pada obligasi korporasi dan meningkatkan porsinya di reksadana pendapatan tetap. Apalagi, kupon yang diberikan obligasi korporasi juga lebih besar dibandingkan obligasi negara,” kata Dimas kepada Kontan.co.id, Jumat (5/11).

Adapun, jika merujuk fund fact sheet Sucorinvest Stable Fund per 30 September, lima alokasi efek terbesar pada reksadana ini adalah obligasi korporasi milik INKP, ISAT, SMMF, WSKT, dan deposito milik Bank Negara Indonesia.

Baca Juga: Dirut Samuel Asset Management: Fokus Literasi dan Edukasi Investor

Dimas mengungkapkan, sejauh ini kinerja Sucorinvest Stable Fund sudah melebihi target. Pihaknya menargetkan imbal hasil reksadana pendapatan tetap berada di kisaran 6,5%-7%.

Sering dengan hal tersebut, ia pun mengungkapkan strategi yang diterapkan Sucorinvest AM adalah dengan menjaga return yang sudah didapat serta memanfaatkan pembagian kupon ke depan. Sembari menambah porsi obligasi korporasi jika memang terdapat obligasi korporasi yang menarik.

Dimas memperkirakan strategi serupa masih akan diterapkan pada tahun depan seiring kondisi pasar obligasi yang belum akan banyak berubah. Namun, ketika di pengujung 2022 terlihat ada indikasi perubahan kondisi pasar, pihaknya juga akan turut mengubah strategi pengelolaan produknya.

Baca Juga: Ashmore (AMOR) akan membagikan dividen total Rp 67,78 miliar, catat jadwalnya

“Untuk tahun depan, pasar saham sepertinya akan jauh lebih diminati dan jadi incaran para pelaku pasar di tengah pemulihan ekonomi. Ditambah lagi, Amerika Serikat juga akan menaikkan suku bunga acuan dan berpotensi membuat yield US Treasury mengalami kenaikan,” imbuhnya.

Namun, dia meyakini, dengan fundamental Indonesia yang saat ini terus membaik, data ekonomi juga mulai pulih, rupiah dalam tren menguat, seharusnya spread antara SBN acuan 10 tahun dengan US Treasury tidak terlalu melebar, atau mungkin dapat sedikit turun. Secara umum, dia memperkirakan pasar obligasi masih akan menantang dan baru memiliki outlook yang positif pada 2023.

“Bagi investor dengan time horizon pendek, bisa pertimbangkan pilih reksadana pendapatan tetap yang porsi obligasi korporasinya besar. Tapi dengan time horizon panjang, semisal 3 tahun ke atas, reksadana pendapatan tetap berbasis SBN bisa jadi pilihan paling menarik,” tutup Dimas.

Baca Juga: Ekonomi Membaik, Investasi Obligasi Korporasi Lebih Menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×