Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) belum lama ini membeli aset fiber optik milik PT Alita Praya Mitra sepanjang 10.800 kilometer (km) dengan nilai Rp 800 miliar. Akuisisi tersebut diyakini akan memberikan efek positif pada kinerja TOWR.
Analis BCA Sekuritas Mokhammad Fakhrul Arifin mengatakan, setelah mengakuisisi aset fiber optik Alita, TOWR kini memiliki sekitar 120.000 km fiber optik. Kondisi ini akan memperkuat layanan yang dapat TOWR sediakan untuk operator telekomunikasi.
Pasalnya, para operator kini mencari bundling package yang paling menarik, yakni yang menyewakan menara yang dilengkapi dengan fiber optik. "Fiber optik dari Alita akan memberikan nilai tambah bagi TOWR," kata Fakhrul saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (23/11).
Lebih lanjut, margin EBITDA dari fiber optik juga tergolong besar, yakni sekitar 60%-70%. Oleh sebab itu, penambahan aset fiber optik ini akan memberikan efek positif bagi kinerja TOWR.
Baca Juga: Prospek Menara Telko Sedang Turun, Ini Rekomendasi Saham Tower Bersama (TBIG)
Asal tahu saja, fiber optik Alita menjadi pelengkap dari 110.000 km fiber yang menghasilkan pendapatan yang telah dimiliki iForte. Fiber optik ini dapat menghasilkan pendapatan (revenue generating fiber) dengan nilai kontrak jangka panjang dan tidak dapat dibatalkan sebesar lebih dari Rp 855 miliar.
Sebagian besar aset fiber optik ini digunakan untuk melayani pengoperasian menara telekomunikasi milik XL Axiata dan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) yang terletak di beberapa lokasi strategis, termasuk Surabaya, Solo, Malang, dan Bali.
Para operator telekomunikasi juga akan memperluas jangkauannya ke luar Jawa. TOWR menjadi salah satu pemain yang diunggulkan karena sudah mempunyai cukup portofolio menara yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut Fakhrul, harga saham TOWR saat ini masih diskon. Ia merekomendasikan buy saham TOWR dengan target harga jangka panjang Rp 2.200 per saham. Pada Rabu (23/11), saham TOWR turun 0,44% ke level Rp 1.130 per saham.
Baca Juga: Kinerja Saham TOWR dan TBIG Negatif Pada Oktober 2022, Simak Prospeknya ke Depan
Dalam riset tanggal 14 Oktober 2022, Analis Sucor Sekuritas Christofer Kojongian juga merekomendasikan buy TOWR dengan target harga Rp 1.600 per saham. Menurutnya, akuisisi fiber optik Alita menjadikan TOWR sebagai salah satu perusahaan dengan kepemilikan fiber optik terbesar di Indonesia. Akuisisi ini diyakini akan memperkuat layanan tower fiber dan konektivitas untuk para pelanggannya.
Tak berhenti sampai di situ, TOWR juga sudah lebih unggul dalam layanan tower fiber dan konektivitas dari pemain lainnya. Per semester 1 2022, sekitar 50% penyewa menara TOWR sudah terintegrasi dengan layanan fiber optik yang perusahaan sediakan.
"Kami melihat TOWR lebih awal menawarkan pelanggannya integrasi fiber optik ke layanan menara saat TBIG baru mulai memperluas jangkauan fiber optiknya," ucap Christofer.
Christofer melihat permintaan terhadap layanan menara dan fiber optik TOWR akan terus tumbuh seiring dengan kebutuhan data yang terus meningkat di tengah transformasi 4G. Pengembangan 5G juga bakal menjadi katalis untuk pengembangan jaringan lanjutan karena membutuhkan internet yang lebih cepat dan dapat diandalkan.
"Oleh sebab itu, saya melihat perusahaan operator telekomunikasi akan memesan lebih banyak menara untuk memperkuat dan memperluas jangkauannya," ungkap Christofer.
Baca Juga: Performa Saham TOWR dan TBIG Negatif pada Oktober, Simak Prospeknya Menurut Analis
Dalam riset tanggal 28 September 2022, Kiwoom Sekuritas Indonesia menilai, prospek industri menara telekomunikasi masih akan cerah seiring dengan pemulihan ekonomi. Di tengah kondisi saat ini, Indonesia perlu membuka lebih banyak akses ke menara dan jaringan serat optik serta infrastruktur 5G yang sedang dikembangkan. Sebagaimana diketahui, tingkat penetrasi jaringan 4G di Indonesia baru sebesar 66%.
Saat ini, TOWR memiliki pangsa pasar sekitar 25% di Indonesia. Di sisi lain, rasio sewa naik menjadi 1,87x dan rasio utilitas serat sebesar 145%. Selain itu, sistem pendapatan juga menggunakan skema kontrak hingga sepuluh tahun sehingga pendapatan recurring ke depannya dapat diprediksi.
Kiwoom Sekuritas Indonesia memprediksi, TOWR dapat membukukan pendapatan sebesar Rp 9,46 triliun atau tumbuh 10% dibandingkan pendapatan tahun 2021 yang sebesar Rp 8,63 triliun. Sejalan dengan itu, laba bersih TOWR pada tahun ini diprediksi naik 11% year on year (YoY) menjadi Rp 3,8 triliun dari Rp 3,42 triliun.
Pada semester 1 2022, TOWR membukukan peningkatan pendapatan 34% yoy menjadi Rp 5,31 triliun, dari Rp 3,97 triliun. Dari sisi bottom line, laba bersih TOWR tumbuh tipis 0,08% YoY menjadi Rp 1,69 triliun dari Rp 1,68 triliun pada periode sama tahun 2021.
Kiwoom Sekuritas Indonesia merekomendasikan overweight untuk TOWR dengan target harga Rp 1.500 per saham. Untuk tahun 2022, target harga tersebut mencerminkan P/E 16,44x, PBV 4,33x, dan EV/EBITDA 14,02x.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News