Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) terkait suku bunga acuan. Sebagai kilas balik, bank sentral memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50% pada RDG Juli 2022
Analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo mengatakan, ada berbagai faktor dalam penentuan kenaikan atau tetapnya tingkat suku bunga BI. Satu sisi, dari level nilai tukar rupiah dengan dolar AS masih berada di level yang tidak terlalu tinggi, yaitu di kisaran Rp 14.800-an, setelah sebelumnya sempat menyentuh level Rp 15.000. Dalam konteks ini, tidak ada urgensi pemerintah untuk menaikkan suku bunga.
Di sisi lain, spread suku bunga antara Indonesia dengan Amerika Serikat sudah semakin tipis, setelah Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga menjadi 2.5% pada 27 Juli 2022.
Apabila tidak dinaikkan, hal tersebut berpotensi memicu foreign outflow, karena suku bunga AS akan menjadi lebih atraktif dibandingkan Indonesia. Sehingga, Sinarmas Sekuritas menilai BI akan menaikkan suku bunga.
Baca Juga: Jelang RDG BI, Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (22/8)
“Kenaikannya kami prediksi tidak agresif, yaitu sebesar 25 basis points (bps). Namun, jika ternyata tidak dinaikkan, hal tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah ingin menjaga momentum pertumbuhan ekonomi,” terang Axel saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (21/8)
Namun, berdasarkan estimasi konsensus, suku bunga diprediksi tidak akan dinaikkan. Jika nantinya dinaikkan, kemungkinan pasar akan bereaksi negatif, namun dalam jangka pendek saja. Sebab, hal ini sudah diantisipasi oleh pasar sebelumnya, kecuali jika suku bunga dinaikkan lebih dari 25 bps.
Untuk pekan depan, dengan asumsi suku bunga akan dinaikkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak di kisaran 7.032 –7.294. Untuk jangka waktu yang lebih panjang, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih cukup stabil dan BI tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga, Axel memperkirakan IHSG mampu bergerak di kisaran 7.300 – 7.500.
Senada, analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citrad cenderung menilai suku bunga BI akan naik 25 bps. Ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi proyeksi ini.
Pertama, tekanan inflasi terus meningkat baik headline maupun core inflastion. Kedua, Producer Price Index (PPI) yang lebih besar dari Consumer Price Index (CPI) sejak tahun lalu. Saat ini, tingkat konsumsi meningkat dan diteruskan (pass on) ke konsumen.
Ketiga, cadangan devisa untuk intervensi rupiah sudah tergerus US$ 4,2 miliar, sedangkan impor konsisten naik. Keempat, nilai tukar rupiah sempat ke level Rp 14.600, namun saat ini sudah kembali balik ke level Rp 15. 000 per dolar AS.
Baca Juga: Ramai Sentimen, Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (22/8)
“Untuk sampai akhir tahun kami perkirakan tiga kali kenaikan dengan masing-masing 25 bps dan terakhir di 4,25%,” kata Tirta, Minggu (21/8).
Tirta menilai, untuk saat ini IHSG memang terlihat resilient. Walaupun beberapa kali sempat anjlok, IHSG berhasil bangkit dengan cepat. Kata Tirta, jika suku bunga dinaikkan, artinya biaya pinjaman (borrowing cost) memang akan naik, laju pertumbuhan akan disesuaikan, dan likuiditas juga disedot.
Memang akan ada dampak nantinya terhadap pasar. Akan tetapi, kebijakan moneter juga akan ada masa senggang atau lag period.
“Untuk jangka pendek saya kira faktor teknikal IHSG yang uptrend panjang yang sudah hampir overbought yang perlu diwaspadai,” sambung Tirta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News