kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Begini Prospek Emiten Properti di Tengah Rendahnya Penjualan Rumah Tapak


Minggu, 19 November 2023 / 16:53 WIB
Begini Prospek Emiten Properti di Tengah Rendahnya Penjualan Rumah Tapak
ILUSTRASI. Penjualan rumah tapak tampak belum menarik hingga kuartal III 2023.. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan rumah tapak tampak belum menarik hingga kuartal III 2023.

Melansir hasil Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (BI), harga properti residensial di pasar primer secara tahunan meningkat pada kuartal III 2023. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) kuartal III 2023 tumbuh sebesar 1,96% secara tahunan, lebih tinggi dari pertumbuhan di kuartal II 2023 yang sebesar 1,92% secara tahunan.

Pertumbuhan IHPR tersebut terutama ditopang oleh kenaikan harga rumah tipe besar sebesar 1,70% secara tahunan, lebih tinggi dari kenaikan pada kuartal II 2023 yang sebesar 1,49% secara tahunan.

Sementara itu, kenaikan harga rumah tipe kecil dan tipe menengah relatif mendekati pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Masing-masing meningkat sebesar 2,11% dan 2,44% secara tahunan pada kuartal III 2023, lebih rendah dari 2,22% dan 2,72% secara tahunan pada kuartal II 2023.

Baca Juga: Rumah Tapak Belum Menarik hingga Kuartal III 2023, Ini Prospek Emitennya

Meskipun harganya naik, penjualan properti residensial di pasar primer pada kuartal III 2023 masih belum pulih. Penjualan properti residensial masih terkontraksi sebesar 6,59% secara tahunan pada kuartal III 2023. Namun, angka ini membaik dari kontraksi 12,30% secara tahunan pada triwulan sebelumnya.

Terdapat sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer, yaitu masalah perizinan/birokrasi sebesar 30,08%, suku bunga KPR 29,81%, proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR 24,19%, dan perpajakan 15,92%.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, sentimen negatifnya diakibatkan kebijakan tightening monetary policy dari Bank Indonesia (BI) yang menyebabkan suku bunga tinggi.

Saat ini, suku bunga BI berada di level 6%. Hal ini menyebabkan konsumen berpikir dua kali untuk membeli properti, termasuk rumah tapak.

Padahal, skema pembiayaan yang dipilih konsumen dalam pembelian rumah primer adalah KPR dengan pangsa sebesar 75,50% dari total pembiayaan. Lalu, diikuti oleh tunai bertahap (17,77%) dan secara tunai (6,73%).

“Jadi, wajar saja penjualan rumah tapak hingga kuartal III mengalami penurunan secara tahunan,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (19/11).

Pada kuartal IV 2023, Nafan melihat, emiten akan cenderung mengandalkan kinerja marketing sales dalam meningkatkan kinerja mereka. Caranya, dengan menawarkan berbagai promo menarik, sehingga bisa mengerek penjualan.

Selain itu, dari tren suku bunga di tahun depan, akan ada potensi softlanding policy yang diterapkan bank-bank sentral dunia, termasuk BI.

“Semestinya ada peluang bahwa di tahun depan suku bunga bisa lebih rendah dari tahun ini. Jadi, bisa meningkatkan marketing sales hingga 2024,” tuturnya.

Hal tersebut pun juga ditambah dari insentif fiskal pemerintah untuk rumah tapak sebesar 100%. Insentif ini diberikan dalam bentuk PPN DTP, dengan harga rumah di bawah Rp 5 miliar. Namun, yang ditanggung pemerintah hanya sampai Rp 2 miliar.

Baca Juga: Harga Rumah Tapak Tumbuh Lebih Tinggi, Terutama untuk Rumah Tipe Besar

Artinya, untuk harga rumah yang di atas Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar itu masih membayar PPN-nya seperti semula, tapi sampai dengan Rp 2 miliar pertama ditanggung pemerintah.

Sementara itu, untuk pembelian rumah sampai dengan Rp 2 miliar, mulai November 2023 hingga Juni 2024, pemerintah akan menanggung PPN sepenuhnya.

Kemudian, pada Juli 2024 hingga Desember 2023, besaran insentif PPN DTP akan dipangkas hanya menjadi 50% saja.

“Pertumbuhan kinerja para emiten bisa membaik ke depannya, meskipun tidak akan seoptimal saat era suku bunga rendah,” paparnya.

Nafan pun merekomendasikan accumulate untuk BSDE dengan target target harga Rp 1.110 – Rp 1.190 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×