Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana sepanjang tahun 2021 hingga akhir Februari secara year to date (ytd) mencatatkan angka yang beragam. Sejauh ini, reksadana saham berhasil menjadi reksadana dengan kinerja paling apik.
Hal ini tercermin dari Infovesta Equity Fund Index yang tumbuh sebesar 1,25% yang didukung oleh penguatan kinerja IHSG sebesar 4,39%. Hal ini diikuti oleh kinerja reksadana campuran melalui Infovesta Balanced Fund Index yang naik sebesar 0,81%.
Di lain sisi, kinerja reksadana berbasis pendapatan tetap yang tercermin melalui Infovesta Fixed Income Fund Index justru melemah sebesar 1,18%. Pelemahan ini seiring dengan tren kenaikan imbal hasil obligasi di Indonesia tenor 10 tahun yang naik sebesar 0,55% ytd.
Lalu, pemangkasan tingkat suku bunga sebesar 25 bps ke level 3,5% yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia pada tanggal 18 Februari rupanya tidak cukup kuat untuk membawa kinerja reksadana berbasis obligasi year to date ke zona hijau.
Baca Juga: Pemerintah akan melelang tujuh seri SUN dengan target Rp 45 triliun pada hari ini
Namun demikian, investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp 17,39 triliun sepanjang 2021. Hal ini juga didukung dengan persepsi risiko terhadap obligasi Indonesia melalui CDS 5 years yang terjaga di bawah level 100 sepanjang 2021. Sementara selisih imbal hasil obligasi Indonesia dengan Amerika Serikat saat ini sebesar 5,18%.
Infovesta Utama dalam laporan mingguannya yang dikeluarkan Senin (1/3) mengatakan, kenaikan imbal obligasi 10 tahun Indonesia yang sudah mencapai level 6,6% ini cenderung kompetitif dibanding pasar saham. Kenaikan IHSG sejak awal tahun mencapai 4,39%. Hal ini menandakan bahwa dengan risiko yang lebih rendah investor berpotensi mendapatkan imbal hasil yang lebih menarik.
“Namun, investor tetap harus memperhatikan bahwa kinerja reksadana berbasis pendapatan tetap dengan dominasi obligasi pemerintah yang cenderung lebih fluktuatif daripada reksadana berbasis pendapatan tetap dengan dominasi obligasi korporasi di tengah tren kenaikan yield.” tulis Infovesta Utama.
Baca Juga: Wall Street melonjak di awal Maret, Nasdaq naik lebih dari 3%
Dari sisi pasar saham, pada awal bulan ini investor menantikan data inflasi Indonesia yang dapat menentukan arah sentimen perdagangan pada awal bulan Maret ini. Selain itu, pengesahan stimulus fiskal jumbo AS berpotensi mendorong pemulihan ekonomi secara global yang mana pada hari Sabtu kemarin telah disetujui oleh DPR Amerika Serikat.
Stimulus ini dinilai berpotensi membuat harga komoditas mengalami penguatan karena pelemahan dolar AS. Indonesia juga masih menantikan kemajuan vaksin dan realisasi efikasi vaksin di Indonesia sehingga pasar saham masih berpotensi untuk bergerak fluktuatif sepanjang bulan Maret 2021.
Dengan demikian, Infovesta Utama menyarankan investor dapat wait and see terhadap kinerja reksadana saham selama bulan Maret. Sekaligus dapat menjadikan koreksi jangka pendek pasar saham sebagai momentum untuk melakukan average down alias cicil beli.
Untuk reksadana berbasis pendapatan tetap, walau BI tetap mendukung pemulihan ekonomi dengan mempertahankan tingkat suku bunga di level rendah, tren kenaikan imbal hasil dapat memicu pelemahan harga obligasi. “Sehingga investor masih dapat wait and see menantikan pelemahan obligasi yang masih berpotensi berlanjut dan menjadikan pelemahan jangka pendek pasar obligasi sebagai momentum untuk average down,” tutup Invovesta Utama.
Baca Juga: Kinerja Februari: Reksadana saham rebound, reksadana pendapatan tetap justru koreksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News