Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam berinvestasi, Direktur Utama PT Zurich Asuransi Indonesia Edhi Tjahja Negara senantiasa fokus pada tujuan alias objektif yang ingin dia capai. Hal ini membuatnya tidak mudah ikut-ikutan ataupun membandingkan pilihan investasinya dengan orang lain.
Pria yang mulai berinvestasi pada 1995 ini mempunyai lima tujuan investasi yang dijalankan sesuai perkembangan waktu. Ia menyebutnya sebagai lima pilar purpose-driven investment yang terdiri dari proteksi (protection), pendidikan (education), pengelolaan kekayaan (managing wealth), perencanaan pensiun (retirement plan), dan warisan (legacy).
Pada masa awal bekerja dan berkeluarga, Edhi fokus pada tujuan protection. Saat itu, dia rutin menyisihkan sebagian penghasilan bulanannya untuk membayar premi asuransi kesehatan dan jiwa yang juga dikombinasikan dengan produk investasi.
Saat itu, Edhi belum mempunyai aset maupun tabungan yang dapat menjadi pegangan bagi keluarganya apabila sesuatu mengancam kesehatan maupun jiwanya sebagai pencari nafkah. Bahkan, ia mempunyai sejumlah utang dan cicilan.
Baca Juga: Investor Asing Antre Masuk ke Sejumlah Perusahaan Keuangan dan Perbankan Dalam Negeri
Oleh sebab itu, asuransi kesehatan dan jiwa menjadi hal yang menurutnya begitu penting. "Proteksi kurang diperhatikan sama anak-anak muda sekarang ini. Padahal, basis investasi itu bukan hanya mengembangkan, tetapi juga mempertahankan apa yang kita punya," tutur Edhi saat ditemui Kontan.co.id beberapa waktu lalu.
Selain asuransi kesehatan dan jiwa, dia juga mengalokasikan sebagian pemasukannya untuk membeli asuransi pendidikan. Ini berkaitan dengan objektif investasinya yang kedua, yakni education. Edhi mengungkapkan, ia berasal dari keluarga yang sederhana dan tidak mempunyai pendidikan yang bagus sehingga dia mau menyiapkan edukasi bagi anak-anaknya.
Dengan rutin membayar premi asuransi pendidikan setiap bulan selama 15 tahun, Edhi berhasil menguliahkan anaknya yang pertama ke Amerika Serikat menggunakan dana tersebut. Ia menekankan, dalam berinvestasi, investor perlu menetapkan tujuan investasinya serta disiplin dan konsisten dalam menjalankannya.
Setelah bekerja selama sepuluh tahun, karir Edhi pun beranjak ke level menengah. Saat itu, berbekal tabungan yang sudah ia kumpulkan serta jumlah gaji yang meningkat, dia mulai merencanakan tujuan investasinya yang ketiga, yakni managing wealth.
Baca Juga: Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady: Indonesia Berpotensi Ekspor Karbon
Pada awalnya, Edhi membeli reksadana saham secara rutin. Dalam memilih reksadana saham, Edhi mempertimbangkan sejumlah faktor, yaitu historis imbal hasil, manajer investasi yang mengelola produk tersebut, saham-saham yang menjadi underlying reksadana saham itu, dan jumlah dana kelolaannya.
Seiring berjalannya waktu, ia menstabilkan investasinya dengan membeli reksadana pendapatan tetap serta obligasi pemerintah dan korporasi. Dalam memilih reksadana pendapatan tetap, ia mempertimbangkan manajer investasi yang mengelola beserta performa produknya.
Sementara untuk obligasi, Edhi menilai tujuan penerbitan surat utang tersebut, fundamental perusahaan penerbit, besaran utang, kondisi arus kas perusahaan, serta prospek bisnisnya.
Selanjutnya, Edhi mendiversifikasi investasinya ke properti berupa rumah tinggal dan aset komersial lainnya. Menurutnya, pertumbuhan properti di Indonesia sangat tinggi. Meskipun membayar aset tersebut dengan cicilan bank, apresiasi nilai jualnya lebih tinggi dari biaya bunga utang yang ia keluarkan.
Baca Juga: Aset Benny Tjokro dan Heru Hidayat Baik Tanah, Saham, dan Uang Disita Kejagung
Edhi juga sempat menjajal trading saham untuk mendapatkan return yang lebih tinggi, tepatnya pada tahun 2005-2011. Saham-saham perbankan menjadi favoritnya. Ia mendulang keuntungan dari trading saham, tetapi juga sempat mengecap kerugian karena salah satu portofolio sahamnya ada yang merosot hingga 70%.
Namun, sejak tahun 2012 hingga saat ini, pria yang punya pengalaman 25 tahun di industri perbankan ini tidak lagi berkecimpung dalam trading saham. Pasalnya, ia fokus pada pekerjaannya yang sangat banyak sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk memantau pergerakan harga saham. Dana dari penjualan saham tersebut pun ia pindahkan ke reksadana saham.
Dari investasinya di saham, ia belajar bahwa sebaiknya seseorang mempunyai tabungan yang cukup dan hanya menempatkan "dana dingin" di instrumen ini. Pasalnya, pergerakan harga saham sangat dinamis sehingga sebaiknya punya likuiditas serta cadangan kas yang cukup untuk mengantisipasi risiko penurunan harga saham.
Baca Juga: Saat Tepat Masuk Instrumen Investasi Pendapatan Tetap
Dalam mengelola kekayaannya, Edhi mengungkapkan bahwa pekerjaannya di bidang keuangan sangat memberikan wawasan investasi yang bagus. "Saya kerja di bank yang ada bagian wealth management. Mereka punya insight yang lebih bagus, serta memberikan cara dan tools dalam mengelola investasi," kata Edhi.
Lebih lanjut, dua tujuan investasinya yang terakhir adalah retirement plan dan legacy. Saat ini, ia sedang menyusun serta mempersiapkan dana untuk pensiun serta warisan bagi keluarganya. "Jumlahnya kecil-kecil saja tapi disiplin dan pelan-pelan disisihkan," ucap Edhi.
Dengan begitu, saat nanti tidak bekerja lagi, Edhi mempunyai uang tunai dan asuransi kesehatan yang sekiranya cukup bagi kehidupannya dan keluarganya. Ia menghitung biaya hidup bulanannya saat ini lalu memperkirakan jumlah biaya hidup yang ia perlukan saat pensiun nanti, aset apa yang bisa memberikan penghasilan, serta apakah ia nanti tetap perlu bekerja atau pun membuka usaha kecil-kecilan.
Menurut Edhi, perkembangan portofolio investasinya disesuaikan dengan usia, tahapan karir, dan besaran pemasukan. Investasi juga bersifat personal karena perlu disesuaikan dengan tujuan dan profil risiko masing-masing. Yang tak kalah penting, dalam berinvestasi, tiap orang harus punya tujuan investasi sendiri, membuat rencana atas tujuan tersebut, serta selalu disiplin dan konsisten menjalankannya.
Komposisi Portofolio
- Deposito 20%
- Obligasi 30%
- Reksadana saham 20%-25%
- Properti 20%-25%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News