Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tengah mempersiapkan pembangunan fasilitas pemurnian logam (smelter) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong, Papua. Tak ketinggalan, emiten pelat merah ini pun mulai menyusun straegi pendanaan proyek tersebut.
Arie Prabowo Ariotedjo, Direktur Utama ANTM menjelaskan, ANTM saat ini tengah mencari mitra untuk menggarap proyek senilai US$ 1 miliar itu. Nanti, ANTM bersama mitranya itu bakal membentuk dua perusahaan.
Perusahaan pertama bakal menjadi induk yang menguasai tambang nikel (upstream). Sedang perusahaan kedua menjadi operator smelter (downstream).
Setelah ANTM menemukan mitra, perusahaan bakal mendivestasi sebagian sahamnya ke mitra tersebut. Dari situ, ANTM bakal menerima cash. Duit ini yang bakal dijadikan pendanaan sekaligus equity participation proyek smelter.
"Jadi, kami tidak perlu lagi melakukan fundraising," ujar Arie belum lama ini, di Jakarta. Kalau pun butuh pendanaan, itu opsi kesekian dan bakal menggunakan skema project financing.
Namun, Arie belum bersedia mengungkapkan berapa porsi dan nilai divestasi tersebut. "Yang jelas, kami tetap akan menjadi mayoritas," imbuhnya.
Saat ini, ANTM tengah menanti term offer satu dari tiga calon mitra yang ditargetkan bakal terlaksana paling lambat bulan depan. Dua di antaranya merupakan perusahaan China. Satu lainnya berasal dari Filipina.
Calon mitra dari China punya keunggulan teknologi dan pasar. Tapi, pemerintah China saat ini sangat ketat dengan perusahaan yang ingin membawa investasinya ke luar negeri tirai bambu tersebut. Prosesnya bahkan bisa memakan waktu tiga hingga enam bulan.
"Jadi, kalau pun deal Oktober, butuh setidaknya tiga bulan untuk merealisasikan proyek itu," jelas Arie.
Tapi, bukan berarti salah satu dari dua perusahaan China itu yang bakal jadi mitra ANTM. Sebab, satu perusahaan asal Filipina itu juga bekerjasama dengan perusahaan China. Jadi, bisa dibilang posisi ketiganya sama kuat.
Siapa pun yang menang, ANTM dan mitranya itu bakal merealisasikan proyek yang memiliki spesifikasi produksi 40.000 ton nikel dan 500.000 ton stainless steel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News