CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Beberapa Faktor Ini Membebani Pergerakan Harga Emas


Jumat, 15 Juli 2022 / 17:08 WIB
Beberapa Faktor Ini Membebani Pergerakan Harga Emas
ILUSTRASI. Inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga masih akan membebani pergerakan harga emas.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga emas masih tertekan akibat sentimen inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga yang menyebabkan pasar makin khawatir dengan resesi ekonomi. Mengutip data Bloomberg, Jum'at (15/7), harga emas spot turun 0,41% ke level US$ 1.702 per ons troi.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan harga emas jatuh ke level terendah dalam 11 bulan. Reli indeks dolar AS pada Kamis (14/7) ke level tertinggi dalam 20 tahun melemahkan harga emas.

"Imbal hasil obligasi pemerintah global yang lebih tinggi juga membebani harga emas," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7).

Sutopo menyebutkan, ekspektasi The Fed untuk mengejar kenaikan suku bunga yang agresif juga membebani harga logam mulia termasuk emas. Proyeksi kenaikan suku bunga agresif ini setelah data indeks harga produsen (price producer index/PPI) bulan Juni 2022 AS yang naik lebih cepat dari perkirakan.

Baca Juga: Turun Lagi, Harga Emas Antam Masih Berpotensi ke Rp 1 Juta Dalam Jangka Panjang

Menurut Sutopo, kenaikan inflasi pada umumnya mengangkat harga emas, namun dalam situasi kali ini berbeda. Inflasi sekarang di atas ekspektasi, yang membutuhkan kebijakan khusus untuk mengendalikannya.

Sehingga pasar dihantui oleh ketakutan bahwa inflasi yang tinggi sudah di luar kendali menyebabkan bank sentral bertindak sangat agresif.

"Taruhan pasar dari data consumer price index (CPI) dan PPI yang tinggi akan membuat The Fed menaikkan suku bunga 100 bps pada bulan ini. Pernyataan beberapa Presiden The Fed negara bagian, sudah mengatakan 100 bps ada di atas meja," ujarnya.

Sutopo mengatakan kenaikan suku bunga akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi AS menjadi terhambat dan menimbulkan kekhawatiran resesi yang sudah di depan mata.

"Hal ini terlihat dari kurva imbal hasil yang terbalik, yang setiap kali ini terjadi maka resesi akan berlangsung. Penurunan emas juga karena emas tidak memberikan imbal hasil dan hanya untuk lindung nilai," kata Sutopo.

Sutopo memperkirakan investor saat ini akan lebih memilih instrumen investasi yang memberikan yield lebih tinggi.

Sementara, emas tetap menjadi primadona dalam aset investasi tetapi bukan untuk jangka pendek. Walaupun emas sedang terkoreksi tetapi dapat membeli emas secara bertahap.

"Kita menyadari resesi dan inflasi akan terjadi dalam siklus pertumbuhan ekonomi, entah 4 tahun, 8 tahun atau 12 tahun. Hal tersebut pasti terjadi," ujar Sutopo.

Sutopo mengatakan pertahanan emas spot selanjutnay ada di harga US$ 1.676 per ons troi. Jika ditembus, akan membawa prospek bearish harga emas semakin besar untuk menjangkau harga di sekitar US$ 1.617 per ons troi.

"Sepanjang harga masih bergerak di atas US$ 1.676, prospek emas tetap akan bergerak dalam ruang harga yang terbatas," imbuh Sutopo.

Baca Juga: Harga Emas Terkoreksi, Inflasi dan Resesi Masih Membayangi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×