Reporter: Asnil Bambani Amri, Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bea Keluar (BK) ekspor minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) bulan Juli naik menjadi 10,5% dari BK bulan Juni yang masih ditetapkan lebih rendah 9%.
Berdasarkan data kementerian Perdagangan (Kemendag), besaran BK ditetapkan atas dasar harga referensi CPO sebesar US$ 858,64 per metrik ton atau naik jika dibandingkan dengan rata-rata bulan sebelumnya sebesar US$ 835,71 per metrik ton.
Sementara itu, Harga Patokan Ekspor (HPE) CPO periode bulan Juli 2013 ditetapkan sebesar US$ 783 per ton, atau lebih tinggi dibandingkan HPE bulan sebelumnya yang ditetapkan sebesar US$ 764 per ton.
Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) memproyeksikan adanya kenaikan harga kelapa sawit karena turunnya pasokan dari produk kompetitor yang berbasis kedelai.
“Kenaikan harga CPO merupakan pengaruh berkurangnya pasokan dari stok CPO di Malaysia dan permintaan yang mulai meningkat di pasar dunia akibat kelangkaan minyak nabati lainnya,” jelas pernyataan GAPKI.
Bulan Mei lalu, ekspor CPO dan turunannya menembus lebih dari 1,82 juta ton atau naik 21.55% jika dibandingkan volume ekspor bulan sebelumnya, sebesar 1,49 juta ton. Naiknya volume ekspor CPO dan turunannya disebabkan persediaan minyak kedelai dunia akibat cuaca buruk di Amerika Serikat dan Amerika Selatan, khususnya Argentina yang memiliki curah hujan yang berlebihan
Permintaan meningkat
Kenaikan ekspor CPO signifikan terjadi ke Amerika Serikat (AS) dan Bangladesh. Permintaan AS naik 266% dari 9,7 ribu ton di April menjadi 35,5 ribu ton di Mei 2013. Meningkatnya angka impor AS dipicu kelangkaan kedelai sebagai sumber minyak nabati utama dan biofuel negara Paman Sam tersebut.
Menjelang Ramadan, negara berbasis muslim juga mulai menaikkan permintaan CPO dan turunannya. Hal ini ditunjukkan mulai naiknya permintaan dari Pakistan dan Bangladesh. April lalu permintaan dari Pakistan turun tajam hanya 6.900 ton dibandingkan permintaan Maret sebesar 81.500 ton.
Pada bulan Mei, permintaan mulai naik mencapai 17.250 ton atau sekitar 150%. Sementara itu volume ekspor ke Bangladesh naik dari 71.000 ton di April menjadi 73.250 ton pada Mei.
Pasar CPO diprediksi akan menggeliat sepanjang bulan Juni dan Juli. Pada sisi pasokan, stok CPO Indonesia dan Malaysia diperkirakan menjadi andalan karena produksi minyak nabati lainnya cenderung turun.
Sementara itu, dari sisi harga rata-rata CPO di bulan Mei sampai pertengahan Juni ada di posisi US$ 828 - US$ 865 per ton. Harga CPO tersebut cenderung naik, tapi tidak signifikan jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
GAPKI memperkirakan, harga CPO bulan Juni akan bergerak naik di kisaran harga US$ 840- US$ 870 per ton. Harga CPO Rotterdam diperkirakan berada pada rata-rata sekitar US$ 835 per ton dan Harga Patokan Ekspor (HPE) sekitar US$ 764 per ton dengan Bea Keluar (BK) ekspor sebesar 9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News