kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BBM bersubsidi naik, penjualan IMAS menciut


Selasa, 25 November 2014 / 07:00 WIB
BBM bersubsidi naik, penjualan IMAS menciut
ILUSTRASI. Jakarta Dessert Project 2023 diselenggarakan 6-11 Juni 2023 di MOI denken menghadirkan beragama makanan manis


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Keputusan pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pekan lalu berpotensi memberatkan kinerja perusahaan otomotif. Termasuk PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS).

Kepala Riset First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto mengatakan, kenaikan BBM bersubsidi ini akan mempengaruhi kinerja. "Masyarakat akan mengerem dua-tiga bulan untuk membeli kendaraan," terang dia kepada KONTAN, Senin (24/11).

Tak hanya dari penjualan, dari segi operasional IMAS juga akan tertekan. David menilai, kenaikan BBM bersubsidi ini akan mempengaruhi beban manufaktur. Seperti, upah karyawan naik dan ongkos produksi ikut terkerek. Sehingga tak heran margin IMAS pun akan terus tergerus.

Di kuartal III-2014, penjualan bersih IMAS menurun 10,37% year on year (yoy) menjadi Rp 14,18 triliun. Hingga September 2014, IMAS merugi Rp 180,14 miliar padahal pada periode yang sama tahun lalu masih laba Rp 568,47 miliar.

Reza Priyambada, Analis Woori Korindo Securities berpendapat, torehan tersebut karena penjualan kendaraan secara kuantitatif menurun. Karena persaingan yang semakin ketat.

Jika menilik lebih dalam laporan keuangan IMAS, di kuartal III-2014 ini penghasilan mobil, truk, dan alat berat pada pihak ketiga turun 17,26% menjadi Rp 10,26 triliun. Berdasarkan data Gabungan Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) hampir semua penjualan brand otomotif IMAS hingga Oktober 2014 menurun, kecuali brand Suzuki yang masih naik 0,55% yoy menjadi 135.175 unit. Tapi seperti, Nissan penjualannya turun 370,52% yoy menjadi 30.342 unit dan VolksWagen yang juga turun 26,13% menjadi 815 unit.

Dengan demikian, Reza mengatakan mau tak mau jika IMAS ingin memperbaiki kinerja perusahaan harus menggenjot penjualan. Sehingga bisa mengimbangi penjualan para kompetitor.

IMAS juga bisa memanfaatkan penjualan untuk low cost green car (LCGC). Sebab, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tetap melanjutkan program LCGC, karena dinilai menguntungkan dan perlu. Hingga kini, IMAS memiliki dua mobil LCGC yaitu Datsun Go+ dari Nissan dan Wagon R dari Suzuki.

Reza menilai, LCGC masih menjadi pilihan masyarakat Indonesia terutama kalangan menengah. "LCGC masih menjual terlebih di kalangan tersebut, biasanya ingin memiliki mobil yang murah tapi bagus," kata dia.

Sedangkan David menilai, produk baru Nissan, All New Nisaan X-Trail berpeluang memperbaiki kinerja. Namun hasilnya baru terlihat di 2015.

Tahun ini, keduanya melihat masih sulit untuk memperbaiki kinerja. Reza menuturkan, di sisa satu bulan 2014, penjualan mobil IMAS akan turun. Lantaran di masyarakat fokus berlibur ketimbang membeli kendaraan. "Nah, baru di awal tahun akan naik seiring dengan penyesuaian pendapatan," jelas dia. Ia menduga di kuartal IV-2014 penghasilan IMAS stagnan.

David pun merekomendasikan netral dengan target harga Rp 3.000. Reza merekomendasi hold dengan target harga Rp 3500. Sedangkan Thendra Crisnanda, Analis BNI Securities merekomendasikan hold di harga Rp 4.950. Senin (24/11) harga IMAS naik 0,14% menjadi Rp 3.545.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×