Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) kembali menjual aset untuk melunasi pinjaman. Tak tanggung-tanggung, perusahaan pelayaran ini melepas tiga unit kapal pada Oktober lalu.
Tiga kapal itu yakni MT Gas Jawa, MT Bramani, dan MT Gas Sumatera. Nilainya sebesar US$ 6,6 juta. "Hasil dari penjualan digunakan untuk di-offset dengan utang Bank Mandiri sesuai dengan rencana perdamaian," tulis manajemen BLTA dalam laporan keuangan per 31 Maret 2014 yang baru dirilis Selasa (18/11).
Langkah menjual kapal ini bukan yang pertama kali dilakukan BLTA. Dalam kurun waktu 2011-2013, BLTA pernah melego 43 armada kapal miliknya. Efeknya, jumlah armada kapal BLTA di 2014 hanya tersisa 55 unit saja dari 2011 yang masih 98 kapal.
Penjualan ini sebagai bagian dari restrukturisasi utang sejak 2012 lalu. Para kreditur meminta BLTA melakukan efisiensi yang salah satunya dilakukan dengan jalan menjual armada yang tidak menguntungkan.
Strategi tersebut membuat kapasitas angkut BLTA turun menjadi 1 juta dead weight ton (DWT) dari sebelumnya yang 2,4 juta DWT. Dengan kapasitas yang kian mini BLTA tidak akan terlalu agresif melakukan ekspansi.
BLTA hanya akan menggarap empat segmen bisnis pelayaran yang sudah dijalankan, yakni kimia, minyak, gas dan Floating Production Storage and Offloading (FPSO). Kapasitas kapal tanker kimia BLTA tercatatat 701.509 DWT, sedangkan kapal tanker minyak sebanyak 135.832 DWT. Sementara kapasitas kapal tanker gas adalah 112.902 CBM dan FPSO sebanyak 15.000 barel per hari (bpd).
Meski gencar melepas aset, kinerja BLTA tak kunjung membaik. Per 31 Maret 2014, BLTA malah membukukan rugi bersih US$ 37,4 juta. Padahal pada periode sama tahun sebelumnya, BLTA masih mencetak laba US$ 1,1 juta.
Rugi bersih mesti ditelan BLTA lantaran pendapatan usaha per kuartal I 2014 turun menjadi US$ 79,58 juta, dari periode sama tahun sebelumnya yang US$ 93,32 juta. Beban pelayaran BLTA sejatinya turun dari US$ 42,26 juta menjadi US$ 37,17 juta. Namun, pendapatan BLTA banyak tergerus oleh beban keuangan yang naik dari US$ 13,09 juta menjadi US$ 22,21 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News