Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Anna Suci Perwitasari
Meski menguat, Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengingatkan, harga batubara masih berpotensi terkoreksi. Menurutnya, ada beberapa sentimen negatif global yang akan mengancam harga si hitam.
Kampanye energi terbarukan dan ramah lingkungan yang digalakkan Uni Eropa. Penggunaan batubara sebagai sumber energi pembangkit listrik mulai digantikan oleh energi yang ramah lingkungan. Bahkan Uni Eropa menargetkan, meninggalkan penggunaan batubara sebagai pembangkit listrik pada tahun 2030.
“Saat harga naik tentu konsumen keberatan dan beralih ke alternatif lain seperti gas alam cair (LNG) atau minyak,” tutur Wahyu.
Baca Juga: Harga Batubara Acuan Menyusut di Januari 2020
Terakhir, adanya kebijakan pembatasan penggunaan batubara oleh National Development and Reform Comission (NDC) China. China akan membatasi penggunaan batubara untuk mengurangi emisi di Negeri Tirai Bambu. China menempati urutan ketiga dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Sentimen-sentimen tersebut menurut Wahyu dapat menjadi penyebab terkoreksinya harga batubara tahun ini. Dengan adanya sentimen tersebut permintaan batubara diperkirakan menurun.
Wahyu memperkirakan hingga akhir tahun batubara akan bergerak pada rentang US$ 50 - US$ 100 per metrik ton. Sedangkan Ibrahim memperkirakan, pergerakan batubara berada pada rentang US$ 55 hingga US$ 85 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News