Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) menilai industri pertambangan batubara akan tumbuh lebih baik pada tahun ini. Karena itu, manajemen DOID berani membidik pendapatan sebesar US$ 700 juta-US$ 750 juta hingga akhir tahun ini.
Jumlah tersebut meningkat dari target pendapatan DOID sepanjang tahun lalu, yang diharapkan sama dengan pendapatan tahun 2015, yakni sebesar US$ 565 juta. "Kenaikan pendapatan ini karena adanya pertumbuhan volume dan kenaikan rata-rata harga jual batubara," ujar Eddy Purwanto, Direktur Keuangan DOID, pada KONTAN, Kamis (16/3).
Ia mengatakan, DOID juga tengah membidik beberapa kontrak penambangan baru. Sebelumnya, DOID sudah mengantongi kontrak senilai Rp 6,5 triliun dari PT Adaro Indonesia dan PT Angsana Jaya Energy. "Karena harga batubara yang cenderung membaik, ada potensi bisa mendapat kontrak baru yang lain," imbuh Eddy.
Hingga pengujung tahun 2016, DOID membukukan kinerja pengangkutan pengupasan tanah atau overburden removal sebesar 299,8 juta bank cublic meter (bcm), naik 10% dibandingkan produksi overburden tahun 2015 yang sebesar 272,3 juta bcm
Selain itu, produksi batubara perseroan ini di 2016 juga berhasil meningkat menjadi 35,1 juta ton. Jumlah tersebut naik 5,7% dibandingkan tahun 2015 sebesar 33,2 juta ton.
Eddy menjelaskan, untuk mempertahankan margin laba bersih, DOID akan tetap melakukan efisiensi biaya, termasuk memangkas beban bunga utang perseroan. Salah satu caranya adalah dengan membayar kembali utang dengan bunga yang lebih murah.
Belum lama ini, anak perusahaan DOID, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), melunasi pinjaman sindikasi sebesar US$ 603 juta. Pinjaman tersebut berasal dari sindikasi bank yang difasilitasi oleh Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC). DOID juga melunasi pinjaman sebesar US$ 15 juta kepada PT CIMB Niaga Tbk.
Jumlah saldo kedua fasilitas pinjaman tersebut pada saat pelunasan mencapai US$ 454 juta. Pinjaman tersebut antara lain dilunasi dengan senior notes BUMA yang baru, senilai US$ 350 juta. Obligasi itu berjangka waktu lima tahun dengan kupon 7,75%.
DOID juga melunasi utang dengan kas internal dan fasilitas pinjaman The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd sebesar US$ 100 juta, dengan tingkat bunga LIBOR+3%. Refinancing utang ini membuat BUMA bisa memperpanjang profil jatuh tempo utangnya dan memperbaiki arus kas.
"Rata-rata bunga utang lama sekitar 8,5%, saat ini sudah dilunasi dengan utang baru dengan bunga yang lebih rendah, sehingga ada efisiensi," papar Eddy.
Pada perdagangan saham Jumat (17/3), harga saham DOID ditutup naik 2,65% ke Rp 775 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News