Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) mulai kurangi eksposur pada saham-saham perbankan seiring koreksi yang berkepanjangan. Sebagai gantinya, BPAM membidik saham-saham dengan potensi imbal hasil optimal.
Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen Eri Kusnadi mengatakan, kinerja saham perbankan memang terkoreksi cukup dalam di sepanjang tahun 2024 ini. Utamanya, saham bank dipengaruhi rilis kinerja yang cukup soft dalam artian tidak cukup jelek tetapi di luar ekspektasi dan di bawah harapan pelaku pasar.
Mengutip RTI Business, Kamis (30/5), saham perbankan khususnya dengan kapitalisasi pasar besar (big caps) masih melanjutkan koreksi. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami penurunan paling dalam sekitar 23,49% secara year to date (ytd). BBRI masih terkoreksi dalam sepekan sekitar 6,41% ke level Rp 4.380 per saham.
Selanjutnya, ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mencatat koreksi sebesar 16,47% ytd. BBNI juga masih belum lepas dari tren koreksi dengan mencatat penurunan sekitar 5,87% dalam sepekan ke level Rp 4.490 per saham.
Baca Juga: Menilik Hasil Investasi Sejumlah Perusahaan Asuransi Jiwa
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mengalami penurunan. BMRI tercatat mengalami koreksi 2,89% ytd menjadi Rp5.875 per saham. Dalam sepekan, harga BMRI sudah turun sekitar 2,49%.
Tak hanya saham perbankan pelat merah, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga catatkan koreksi. Saham bank swasta terbesar ini mengalami penurunan harga sebesar 4,26% ytd dan 4% dalam sepekan ke level Rp 9.000 per saham.
Eri menjelaskan, saham perbankan tahun lalu memang banyak diminati investor dan sudah naik cukup tinggi. Namun kebetulan tahun ini terkena sentimen negatif, sehingga banyak investor yang melakukan aksi jual terutama investor asing yang punya kepemilikan cukup besar pada BBRI.
Oleh karena itu, wajar apabila reksadana saham juga terkena imbas penurunan kinerja saham perbankan. Hal itu mengingat saham perbankan merupakan penopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan bobot sekitar 30%.
“Suka atau tidak suka perbankan memang punya bobot cukup besar dan reksadana saham pasti banyak terpengaruh karena ikuti pergerakan indeks,” kata Eri saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (30/5).
Eri menuturkan, reksadana saham kelolaan BPAM banyak menempatkan dananya pada saham perbankan salah satunya Batavia Dana Saham. Per April 2024, kepemilikan terbesar aset pada produk reksadana saham tersebut diantaranya pada BBCA, BMRI, BBRI, TLKM, serta MDKA.
Baca Juga: Kocok Ulang Alokasi Portofolio Ketika Kebijakan Moneter Masih Ketat
Batavia Dana Saham terpantau koreksi sekitar 0,86% secara ytd dan 3,69% secara bulanan, per April 2024. Sementara, IHSG sebagai tolak ukurnya telah terkoreksi sekitar 0,53% ytd dan 0,75% secara bulanan.
Namun, Batavia Prosperindo Aset Manajemen tidak hanya duduk diam saja seperti yang sudah dilakukan pada Batavia Dana Saham. Manajer Investasi (MI) ini perlahan mengurangi kepemilikan pada saham perbankan dan terus mencari saham potensial lainnya.
Eri Bilang, saat ini porsi saham perbankan di reksadana BPAM telah berkurang menjadi di bawah 25% dari sebelumnya sekitar 30%, sejak laporan keuangan dirilis pada Maret 2024. Sementara itu, saham alternatif disebar ke saham sektor telekomunikasi, tower, jalan tol, konsumer, kesehatan, metal base, hingga saham berdenominasi dolar AS.
“Kami menganut prinsip fundamental aktif, jadi kami percaya fundamental, itu poin yang pertama. Kami aktif dalam artian dinamis yakni ada saham yang kurang bagus kami kurangi, ada yang bagus kami tambah,” ucap Eri.
Walaupun demikian, Batavia Prosperindo Aset Manajemen meyakini saham big bank memiliki fundamental cukup baik. Sehingga, porsi perbankan hanya dikurangi tetapi tidak dihilangkan sepenuhnya di reksadana. Kinerja emiten perbankan diharapkan akan perlahan terkonsolidasi dan pulih, meski membutuhkan waktu.
Eri menambahkan, saat ini pasar keuangan masih dibayangi berbagai risiko dari eksternal dan internal. Misalnya nilai tukar rupiah kembali ke level kisaran Rp 16.200 per dolar Amerika Serikat (AS), Yield SUN 10 Tahun ke atas 7%, serta Yield US Treasury ke level 4,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News