kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.284   55,00   0,36%
  • IDX 7.882   52,42   0,67%
  • KOMPAS100 1.202   6,01   0,50%
  • LQ45 976   6,13   0,63%
  • ISSI 228   0,06   0,03%
  • IDX30 498   3,05   0,62%
  • IDXHIDIV20 601   3,95   0,66%
  • IDX80 137   0,65   0,48%
  • IDXV30 140   -0,27   -0,19%
  • IDXQ30 167   0,93   0,56%

Barisan Emiten Ini Berpotensi Balik ke Top 10 Market Cap, Simak Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 25 Juli 2024 / 05:20 WIB
Barisan Emiten Ini Berpotensi Balik ke Top 10 Market Cap, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Peta emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak dinamis.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak dinamis. Sederet saham lama mesti terlempar saat sejumlah saham anyar sukses menyodok ke jajaran top 10 market cap.

Terbaru, ada PT Astra International Tbk (ASII) yang terpental dari ketatnya balapan kapitalisasi pasar ini. Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan  PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) terlebih dulu terlempar dari top 10 market cap dari periode akhir 2021 hingga tahun berjalan 2024 ini.

Hingga perdagangan Rabu (24/7), jawara market cap dipegang oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Tapi BBCA tak lagi bisa nyaman di posisi puncak, setelah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terus membuntuti dengan ketat. 

Di posisi berikutnya, berutut-turut dihuni oleh  PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengamati pergeseran posisi market cap disebabkan oleh sejumlah faktor. Di antaranya karena efek kinerja keuangan, rotasi sektor, serta ekspektasi pasar terhadap prospek industri ke depan.

Baca Juga: Astra International (ASII) Terdepak, Ini 10 Saham Dengan Market Cap Terbesar BEI

Martha memberikan catatan, penyusutan market cap akibat penurunan harga saham tidak secara otomatis membuat valuasi emiten menjadi murah. "Jika penurunan disebabkan kinerja yang menyusut, maka wajar harga turun. Karena dengan pelemahan kinerja, investor juga menurunkan ekspektasi atas perusahaan tersebut," kata Martha kepada Kontan.co.id, Rabu (24/7).

Mengenai valuasi, Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi melihat di jajaran top 10 market cap saat ini ada sejumlah saham yang sudah tergolong overvalued. Jika diukur secara price to earnings ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV), BREN memiliki PER 624 kali dan PBV 152 kali, jauh di atas sektornya dengan PER hanya 12,95 kali dan PBV 1,5 kali.

Saham big caps lain yang terbilang overvalued adalah AMMN, DSSA, dan TPIA. Sementara itu, Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menimpali, posisi market cap juga tidak sepenuhnya mencerminkan fundamental emiten yang sebenarnya.

Baca Juga: Jelang Rilis Kinerja, Saham GOTO Menguat

Sebab, ada faktor sentimen dan likuiditas yang bisa mendongkrak harga saham sekaligus mengerek market. Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah menambahkan, sentimen yang bisa menjadi katalis penting bagi saham big caps adalah aliran dana dari investor asing (foreign inflow).

Selain itu, kinerja emiten dan prospek sektoral memegang peranan yang krusial. Fath mencontohkan ASII yang secara valuasi sudah relatif murah tapi pelaku pasar masih menunggu katalis positif yang bisa menggerakkan sahamnya.

Seperti dari penjualan otomotif yang membaik atau pertumbuhan signifikan dari anak usahanya yang membawa kontribusi besar. Kemudian UNVR yang pertumbuhannya sudah relatif stagnan, sehingga butuh valuasi lebih murah atau tingkat pertumbuhan yang tinggi agar sahamnya lebih menarik.

Baca Juga: Harga Saham LQ45 Ini Melesat Usai Di Level Terendah, Saatnya Beli, Tahan atau Jual?

Potensi Rotasi di Top Market Cap

Sampai dengan tutup tahun 2024, Fath menaksir emiten penghuni top 10 market caps tidak akan banyak berubah. Secara prospek, Fath melihat PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menjadi emiten yang berpotensi naik kelas untuk masuk ke barisan top 10.

Sedangkan Audi memandang rotasi di jajaran top 10 market cap akan sangat dinamis di tengah ketidakpastian ekonomi yang masih membayangi dan kebijakan moneter yang masih ketat. Dengan bobot yang jumbo, pergeseran posisi market cap ini akan turut membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak dinamis di sisa tahun ini.

Audi memprediksi BBNI tetap bertahan. Sedangkan ASII dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menjadi kandidat untuk masuk ke top 10 market cap. "Pertimbangan sentimen dari pertumbuhan kinerja, normalisasi rupiah dan pelonggaran kebijakan moneter," terang Audi.

Audi pun menyematkan rekomendasi buy untuk  saham BBNI, ASII dan ICBP. Dengan target harga masing-masing di level Rp 5.525, Rp 5.400 dan Rp 12.350 per saham.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat di deretan saham yang tergusur dari top 10, ASII dan ADRO punya valuasi yang murah dan prospek kinerja positif. Sehingga saham ASII layak koleksi untuk jangka panjang dengan target harga Rp 4.640-Rp 5.275 dan level harga Rp 3.260-Rp 3.590 sebagai target harga ADRO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×