CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Banyak Unicorn Berencana IPO, Begini Cara Investor Menyeleksi


Senin, 07 Februari 2022 / 16:58 WIB
Banyak Unicorn Berencana IPO, Begini Cara Investor Menyeleksi
ILUSTRASI. BEI telah mengakomodasi perusahaan-perusahaan new economy di bidang teknologi atau perusahaan rintisan untuk IPO.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis terhadap prospek dan kinerja pasar modal Indonesia pada tahun ini. BEI telah mengakomodasi perusahaan-perusahaan new economy di bidang teknologi atau perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar alias unicorn untuk tercatat di BEI.

Belum lama ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberlakukan aturan saham dengan hak suara multipel (SHSM), dilanjutkan dengan Bursa yang melakukan penyesuaian Peraturan Bursa No I-A tentang pencatatan saham dan efek bersifat ekuitas. Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk memberikan pintu yang luas bagi perusahaan dari sektor new economy untuk dapat tercatat di Bursa.

“Kami melakukan penyesuaian terhadap Peraturan Pencatatan Saham No I-A. Kami menyadari ada perubahan dan perkembangan model bisnis yang kategorinya new economy,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna dalam keterangan resmi, Senin (7/2).

Baca Juga: Meneropong Prospek Saham-Saham Sektor Teknologi

Nyoman mengatakan, saat ini proyeksi perusahaan dari sektor new economy untuk meramaikan pasar modal Indonesia cukup tinggi. Indonesia saat ini merupakan penghasil perusahaan dengan valuasi unicorn terbanyak di ASEAN. Sebanyak 9  dari 15 unicorn berasal dari Indonesia. Sementara itu, tidak kurang dari 37 centaur, perusahaan rintisan dengan valuasi antara US$ 100 juta-US$1 miliar, atau 38% dari jumlah centaur di Asia Tenggara berasal dari Indonesia.

Nyoman menyebut, Bursa sudah bertemu dengan sekitar 50 unicorn dan centaur di Indonesia. Nyoman bilang, 15 di antaranya telah menyatakan rencana melantai di bursa atau go public. “Tentu ini hal yang menggembirakan bagi kita,” ucap Nyoman.

Daniel Agustinus, Certified Elliott Wave Analyst - Master PT Kanaka Hita Solvera menilai, dengan maraknya perusahaan unicorn yang berencana  melakukan initial public offering (IPO),  pasar modal tanah air masih menarik sebagai tempat menghimpun dana. Hal ini dikarenakan pertumbuhan investor tiap tahunnya juga akan masih mengalami peningkatan, yang menandakan atmosfer investasi di Indonesia semakin membaik dari waktu ke waktu.

Baca Juga: BEI: Ada 15 Unicorn dan Centaur yang Berencana Go Public

Di sisi lain, meskipun banyak unicorn yang berbondong-bondong untuk masuk bursa, Daniel menilai IPO tidak lantas menjadi exit strategy bagi pemegang saham. Contohnya adalah  IPO  yang dilakukan oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).

Dari hasil IPO, emiten e-commerce ini mengalokasikan sebanyak 33% dana dari IPO untuk modal kerja. Kemudian, sebanyak 34% untuk modal kerja entitas anak, dan sisanya untuk pengembangan usaha (akuisisi/aksi korporasi). Dari contoh tersebut, kata Daniel, IPO BUKA ditujukan untuk mengembangkan ekosistem bisnisnya.

Dengan maraknya unicorn yang berencana melantai di bursa, Daniel bilang investor bisa mempertimbangkan sejumlah faktor untuk memilih mana yang menarik. Salah satu  analisis yang bisa digunakan yakni mempertimbangkan faktor sektoral yang dapat dikombinasikan dengan ekosistem bisnis pada perusahaan terkait. Semakin lengkap ekosistem bisnisnya, maka emiten tersebut akan menjadi menarik prospeknya. Sebagai contoh salah satu calon emiten yang dikabarkan akan listing yaitu, GoTo.

Baca Juga: Mandiri Capital Indonesia Danai Tujuh Startup Sepanjang Tahun 2021

“Ekosistem bisnis GoTo sangat lengkap dan saling berintegrasi, meliputi logistik, jasa keuangan, hingga e-commerce,” terang Daniel kepada Kontan.co.id, Senin (7/2).

Di sisi lain, perkembangan dari pasar menurut Daniel menjadi faktor utama apakah IPO GoTo atau emiten besar lainnya masih mampu diserap pasar secara optimal atau tidak. Pada kondisi saat ini, Daniel melihat  pasar kembali mengalami ketidakpastian yang cukup tinggi atas penyebaran Covid-19 yang kembali meningkat.

Ketika ketidakpastian cukup tinggi, investor dinilai lebih condong menyimpan cash sehingga mengurangi pembelian di aset berisiko seperti saham. Bisa saja, IPO GoTO tidak terserap optimal ketika pasar masih menghadapi ketidakpastian yang cukup tinggi.

“Namun apabila kondisi pasar sudah lebih baik, kami memperkirakan IPO GoTo akan bisa terserap optimal,” pungkas dia.

Baca Juga: IHSG Tutup di Rekor Tertinggi pada Senin (7/2), BBRI, TLKM, BBCA Banyak Dibeli Asing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×