kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Banyak tertimpa masalah, bagaimana kinerja keuangan Tiga Pilar (AISA) di 2018?


Minggu, 07 Oktober 2018 / 16:49 WIB
Banyak tertimpa masalah, bagaimana kinerja keuangan Tiga Pilar (AISA) di 2018?
ILUSTRASI. Logo PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum pernah merilis kinerja laporan keuangan di 2018, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) memperkirakan performa perusahaan tahun ini lebih rendah dibandingkan 2017. Kondisi tersebut terjadi sebagai dampak dari banyaknya masalah yang harus dihadapi AISA  di 2018.

"Problem yang kami hadapi sangat masif, dengan triger awalnya di tahun lalu yang langsung meng-kick bisnis beras kami," kata Head of  Corporate Finance AISA Yulianni Liyuwardi, Jumat (5/10).

Dia mengatakan, bisnis beras memiliki kontribusi 70% terhadap pendapatan dan di bawah 50% terhadap laba AISA. "Jadi, kalau dari total sales kami saat itu Rp 7 triliun, sebanyak Rp 4 triliun itu dari penjualan beras, jadi bisa dibayangkan dampaknya," jelasnya.

Penyebab kedua turunnya kinerja emiten itu adalah kisruh manajemen yang terjadi pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 27 Juli 2018. Selain itu, satu per satu anak usaha AISA juga terkena Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

"Sejak PKPU, ada gangguan-gangguan seperti kepercayaan vendor yang turun, dan dampak lainnya. Tapi seberapa besar angkanya, kami belum bisa sebutkan," ungkap Yulianni.

AISA berencana secepatnya melaporkan laporan kinerja keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk selanjutnya bisa diumumkan kepada para pemagang saham.

Yulianni mengungkapkan, dari statistik dan riset industri makanan sepanjang 2018, konsumsi nasional disebutkan masih lesu dibandingkan tahun lalu. Namun, dampak dari penurunan kinerja industri makanan nasional yang disebutnya mencapai 11% hingga 13%, tidak berdampak banyak pada kinerja keuangan AISA.

"Secara independen, kondisi ekonomi Indonesia, global dan pelemahan nilai tukar rupiah memberikan dampak, hanya memang masih dalam taraf wajar," ujarnya.

Ia membenarkan bahwa AISA memang tengah melakukan restrukturisasi utang. Ke depannya, AISA juga merencanakan  aksi korporasi untuk menguatkan kondisi keuangan perusahaan itu,

"Proses restrukturisasi yang kami rencanakan dan jalankan ini tidak lepas dari upaya untuk menguatkan keuangan perusahaan, baik dari sisi loan dan juga equity-nya," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×