kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak Sentimen Negatif Membayangi, Harga minyak Terkoreksi pada Awal Tahun


Senin, 09 Januari 2023 / 20:56 WIB
Banyak Sentimen Negatif Membayangi, Harga minyak Terkoreksi pada Awal Tahun
ILUSTRASI. Pekerja melakukan pengecekan pompa angguk yang beroperasi di Lapangan Duri, yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Blok Rokan, Riau, Jumat (19/8/2022). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah WTI naik lebih dari 3% ke US$ 76,45 per barel pada perdagangan Senin (9/1). Akan tetapi, dibandingkan akhir tahun 2022, harga minyak mentah WTI masih tercatat turun 4,58% dari level US$ 80,12 per barel.

Sebelumnya, pada minggu pertama tahun ini, harga minyak anjlok sebesar 9% dalam dua hari perdagangan pertama. Hal ini menjadikan awal tahun terburuk bagi harga minyak sejak tahun 1991.

Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, harga minyak mentah memang cukup tertekan akhir-akhir ini. Hal ini terjadi akibat musim dingin yang lebih hangat yang telah membuat harga gas alam turun tajam dalam sebulan terakhir sehingga ikut menyeret harga minyak mentah.

Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono berpendapat, ada beberapa faktor yang berperan dalam menentukan tren jangka pendek dan menengah harga minyak tahun ini. Mulai dari kekhawatiran penawaran dan permintaan, pengetatan kebijakan moneter secara global, ekspektasi perlambatan material dalam pertumbuhan ekonomi, dan kemungkinan resesi.

Baca Juga: Harga Minyak Naik di Awal Pekan, Investor Menimbang Prospek Kuatnya Permintaan China

Arab Saudi memangkas harga karena prospek permintaan minyak mentah jangka pendek tampaknya tidak akan mendapatkan dorongan besar dari pembukaan kembali ekonomi China. Arab Saudi telah memangkas harga untuk semua kadar minyak mentahnya ke Asia karena permintaan yang lesu.

Terkait dengan resesi, menurut Wahyu, selama ancaman resesi belum berubah atau resesi jelas terjadi, maka harga minyak mentah potensial lanjut tertekan. Dalam jangka menengah, ia memprediksi harga minyak bakal tetap melemah.

Perkiraan kisaran harga di kuartal I-2023 berada di US$ 60-US$ 90 per barel, lalu US$ 50-US$ 100 per barel untuk semester 1 2023. Selanjutnya, perkiraan kisaran untuk sepanjang tahun 2023 berada di US$ 40-US$ 110 per barel dengan harga konsolidasi US$ 70-US$ 90 per barel.

Namun, menurutnya, jika resesi diantisipasi oleh The Fed dengan menurunkan suku bunga dan memberi stimulus QE, maka hal sebaliknya bisa terjadi.

"Hal ini bisa menjadi pelicin bagi pertumbuhan ekonomi global lalu dapat memacu permintaan minyak  sehingga harga minyak nantinya berpotensi rebound," kata Wahyu saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (9/1).

Lukman menambahkan, optimisme pada pembukaan kembali ekonomi di China diimbangi oleh kekhawatiran melonjaknya kasus Covid-19 di China. Prospek ekonomi 2023 yang suram juga masih akan terus menekan harga minyak mentah.

"Harga minyak akan sulit kembali di atas US$ 80 per barel apabila tidak ada pemangkasan produksi dari OPEC+. Tanpa tindakan dari OPEC+ harga minyak di kuartal 1-2023 akan berkisar di US$ 60-US$ 75 per barel," ucap Lukman.

Baca Juga: Harga Emas Melanjutkan Kenaikan ke Level Tertinggi 8 Bulan Terakhir

Namun, apabila China berhasil membuka ekonomi secara penuh, maka hal ini diperkirakan akan menaikkan permintaan sebesar 1 juta barel per hari. Alhasil, harga minyak berpotensi terangkat ke kisaran US$ 80-US$ 90.

Untuk akhir tahun, harga minyak diperkirakan akan kembali menguat setelah melewati tahun yang berat ke kisaran US$ 90-US$ 100 per barel. Sementara itu, jika OPEC+ memangkas produksi 1 juta-2 juta barel per hari dan ekonomi China sukses dibuka secara penuh, maka harganya bisa ke US$ 100-US$ 110 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×