Reporter: Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis rekomendasi beli saham-saham blue chip di Indeks Kompas100 di sisa akhir tahun 2024. Indeks Kompas100 adalah salah satu indeks yang tidak mengalami perubahan konstituen pada periode November 2024-Januari 2025.
Meski tidak ada penggantian konstituen, sejumlah saham di indeks Kompas100 masih bisa dicermati. Dari kinerja indeksnya, Kompas100 sudah menguat 0,43% sejak awal tahun hingga penutupan Selasa (29/10).
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer mengatakan sebagian besar saham yang tergabung dalam indeks Kompas100 masih didominasi oleh emiten yang memiliki fundamental kuat atau identik dengan saham blue chip.
"Sebagian besar emiten masih menjadi pemimpin pasar di industrinya karena itu indeks Kompas100 masih cukup relevan untuk kondisi dan sentimen sekarang ini," ucapnya kepada Kontan, Selasa (29/10).
Saat ini, penurunan tingkat suku bunga secara global menjadi salah satu katalis pendorong. Meski begitu, belakangan ini pergerakan pasar saham masih cukup volatil.
Dengan meningkatkan volatilitas di pasar saham, Miftahul bilang investor bisa tetap mempertahankan metode Dollar-cost averaging (DCA) pada saham yang berkinerja kuat dan valuasi yang masih fair to under value.
Baca Juga: Klik Sscasn.bkn.go.id, Hari Ini (30/10) Pengumuman Seleksi Administrasi PPPK 2024 1
Edwin Sebayang, Direktur Purwanto Asset Management mencermati dari penghuni konstituen Kompas100 ada beberapa saham yang kinerja fundamentalnya bagus dan tidak ada keyakinan untuk tumbuh.
Menurut dia, tekanan pada fundamental dan prospek usahanya akan berdampak pada harga saham yang terus turun dan sulit bangkit. Ini tercermin dari pergerakan saham yang sudah tertekan sejak awal 2024.
Seperti, PT Astra International Tbk (ASII) yang sepanjang tahun berjalan ini sahamnya sudah ambles 9,29%. Contoh lainnya ada PT Global Mediacom Tbk (BMTR) yang turun 18,66% secara year to date.
Saham lainnya ada EMTK, GGRM, HMSP, MTEL, NCKL, MAHA, MNCN, SMGR, INTP, SCMA, TLKM, TOWR, TBIG, UNVR atau secara umum ada di sektor otomotif, media, rokok, semen, menara dan telekomunikasi.
"Penurunan tidak lepas dari sektornya yang sudah memasuki masa senja industri sehingga sulit untuk tumbuh sehingga para fund manager akan mengurangi atau menghindari saham tersebut," kata Edwin.
Tonton: Pemerintah Akan Memburu Pengusaha Sawit Nakal Pengemplang Pajak
Saham Pilihan
Setelah mengetahui saham yang harus dihindari, Edwin menilai investor bisa fokus ke saham yang sektornya sedang naik untuk sisa tahun ini. Di perbankan ada BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, NISP, BRIS, BBTN.
Di sektor retail ada ACES dan AMRT. Kemudian di sektor konsumer MYOR, MAPI, MAPA, ULTJ, CMRY, INDF, ICBP. Lalu di sektor properti pilihannya ada di CTRA, SMRA, PWON, BSDE, PANI, SSIA.
Berikutnya untuk sektor unggas ada JPFA dan CPIN. Sektor energi bisa dicermati saham MEDC, ADRO, PTBA, ITMG, ELSA, PGEO. Selain itu, Edwin menilai PGAS, JSMR, AUTO dan GJTL juga bisa dicermati.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta dari penghuni Kompas100 saham favoritnya ada di ACES dengan target harga di Rp 1.200, TLKM di Rp 3.700, ASII di Rp 5.925, MAPI di Rp 1.925.
Lalu di sektor perbankan saham pilihan Nafan jatuh pada BBCA Rp 12.000, BBNI dengan target harga di Rp 6.825, BBRI di Rp 6.500 dan BMRI dengan target di Rp 8.800.
Sementara saham pilihan Kiwoom Sekuritas jatuh pada BBRI dengan target harga dalam tiga sampai enam bulan ke depan ada di Rp 6.000. Kemudian SMRA di Rp 800 dan BSDE di Rp 1.450.
Baca Juga: Sritex Pailit, Bagaimana Nasib Pemegang Saham SRIL? Cek Keterangan BEI
Selanjutnya: Ini Hasil Rapat Prabowo dengan Menteri Bidang Ekonomi soal Nasib Sritex
Menarik Dibaca: Ini 5 Rekomendasi Film Horor Thailand untuk Ditonton saat Halloween
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News