Sumber: Bloomber | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Para analis emas memprediksi bearish untuk harga emas pada pekan depan. Hasil survei Bloomberg kepada sejumlah analis menunjukkan, 18 analis memprediksi harga emas akan turun pada minggu depan. Sementara, sembilan analis meramal kenaikan harga emas dan tiga analis lainnya memilih netral.
Asal tahu saja, sepanjang bulan November, harga emas sudah merosot 6,1% dan hanya berjarak 5% dari level terendahnya dalam 34 bulan terakhir di level US$ 1.180,50 yang tercipta pada Juni lalu. Saat ini, harga emas tengah menuju penurunan tahunan pertama sejak tahun 2000 silam.
Prediksi penurunan harga emas bukan tanpa alasan. Sejumlah analis menilai, adanya spekulasi dilakukannya tapering stimulus oleh the Federal Reserve seiring membaiknya ekonomi AS menjadi faktor yang mempengaruhi emas. Spekulasi itu didasarkan pada data ekonomi AS yang semakin membaik.
"Perekonomian dunia semakin membaik. The Fed mulai mengeluarkan isu untuk memangkas stimulus. Investor tidak membutuhkan safe haven dalam kondisi seperti ini," jelas John Stephenson, analis First Asset Investment Management Inc di Toronto.
Sebagai tambahan informasi, harga emas sudah jeblok 26% menjadi US$ 1.242,13 per troy ounce di London. Pada 25 November lalu, harga emas menyentuh level terendah sejak 8 Juli lalu di posisi US$ 1.225,55.
Sementara itu, Standard & Poor's GSCI dari 24 harga komoditas turun 4,1% sejak akhir Desember tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News