Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) diproyeksi masih mencatatkan pertumbuhan kredit yang solid di tahun 2024. Dengan berbagai inisiatif yang bakal dilakukan, BMRI percaya diri kembali mencapai pertumbuhan kredit di atas industri.
Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya memproyeksi, pendapatan BMRI sebesar 8%-9% untuk tahun 2024 dan tahun 2025, seiring pendapatan di akhir tahun lalu yang melampaui ekspektasi. Bersamaan dengan itu, return on equity (ROE) BMRI diperkirakan meningkatkan menjadi 21% pada tahun 2024 dari sebelumnya 20%.
Andrey memaparkan bahwa pendapatan BMRI di kuartal keempat 2023 lalu berhasil mengalahkan ekspektasi dengan laba bersih Rp16 triliun yang bertumbuh 16% quarter on quarter (QoQ) dan 52% year on year (YoY). Sehingga menjadikan laba bersih emiten pelat merah tersebut melonjak 34% menjadi Rp 55 triliun pada tahun 2023.
Pendorong utama dari hasil kuartal terakhir tahun lalu adalah non interest income yang lebih kuat dari perkiraan, sementara operational expenditure (Opex) dan cost of credit (CoC) lebih rendah dari perkiraan. Dengan demikian, return on average equity (ROAE) konsolidasi tahun 2023 melonjak menjadi 23,2% dibandingkan 19,7% pada posisi 2022. sementara Rasio CET1 solid sebesar 20,8% dibandingkan 18,6% di posisi akhir 2022.
Baca Juga: Saham BBCA, BMRI hingga BBRI Jadi Incaran Asing di Tahun Pemilu
Pertumbuhan laba bersih kuartalan ditopang oleh kenaikan laba non interest income sebesar 44% QoQ dan 26% YoY karena biaya dan pemulihan yang lebih baik, serta rendahnya biaya provisi sebesar -23% QoQ dan -73% YoY.
Angka tersebut mengimbangi net interest margin (NIM) yang tertekan biaya dana atau cost of fund (COF) karena situasi likuiditas yang ketat, pertumbuhan pinjaman yang kuat dan simpanan dengan suku bunga khusus. Sedangkan, rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) berada flat di angka 40%, biaya kredit atawa cost of credit (CoC) hanya 0,3% secara kuartalan.
Dari sisi risiko, pinjaman berisiko (termasuk pinjaman covid-19 yang direstrukturisasi) terus turun menjadi 8,6% dari total pinjaman di akhir tahun 2023, daripada 9,8% di bulan September 2023. Sedangkan rasio non performing loan (NPL) Bruto sebesar 1,19% dibandingkan 1,49% pada September 2023 dan 1,92% pada Desember 2022.
Adapun total pinjaman Bank Mandiri terpantau naik 16% YoY menjadi Rp 1,398,1 triliun di tahun 2023. Penggerak utama pinjaman BMRI adalah segmen korporasi dan komersial, serta anak perusahaan. Selain itu, segmen UKM, mikro dan buku konsumen semuanya meningkat dua digit.
Baca Juga: Dana Asing Masuk Rp 5,49 Triliun Empat Hari Beruntun Jelang Pemilu
Andrey mengatakan, BMRI terus menargetkan pertumbuhan kredit di atas industri, dipimpin fokusnya pada ekosistem rantai nilai dan segmen grosir. Adapun BMRI menargetkan panduan pertumbuhan pinjaman sebesar 13 – 15% YoY di tahun 2024, sementara NIM sebesar 5,3% - 5,5% dan Cost of Credit (CoC) sebesar 1% - 1,2%.
“Kami pikir ekosistem rantai nilai (value chain) BMRI yang fokus untuk mendorong pertumbuhan masih mempunyai kekuatan, dan perhatikan bahwa inisiatif digitalnya semakin meningkatkan daya tarik,” kata Andrey kepada Kontan.co.id, Selasa (13/2).
Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano mengatakan, BMRI mengharapkan pemulihan pendapatan yang tinggi terus berlanjut karena memperkirakan pertumbuhan satu digit pendapatan non-bunga pada tingkat menengah hingga tinggi di tahun 2024.
Bank Mandiri memberikan panduan untuk NIM yang stabil hingga sedikit lebih rendah sebesar 5,3%-5,5% di tahun 2024. Angka ini cenderung stabil dibandingkan 5,48% pada tahun 2023 terutama karena meningkatnya risiko biaya dana. Sementara BMRI mengindikasikan bahwa biaya kredit tahun 2024 akan berada pada level 1,0%-1,2%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 sebesar 0.85%.
Baca Juga: Dongkrak Kredit Konsumsi, Perbankan Rajin Akuisisi Pengguna Baru Kartu Kredit
Laba bersih BMRI diestimasikan sebesar 5% menjadi Rp 57,74 triliun tahun ini karena kenaikan pendapatan non-operasional sebesar 11% dan provisi yang sedikit lebih rendah -5% untuk mengimbangi asumsi NIM yang sedikit lebih rendah. Sehingga, menghasilkan return on equity (ROE) yang lebih tinggi sebesar 21,2% di tahun 2024 daripada sebelumnya 20,8%.
“Kami menaikkan estimasi BMRI tahun 2024 pada pemulihan yang lebih tinggi dan provisi yang lebih rendah,” ungkap Victor dalam riset tanggal 5 Februari 2024.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Erni Marsella Siahaan dalam riset 1 Februari menyebutkan bahwa BMRI menargetkan pertumbuhan kredit yang agresif sebesar 13%-15% pada tahun 2024. BMRI meyakini dapat kembali mencatat pertumbuhan kredit sebesar 16% di tahun lalu yang mengungguli industri sebesar 10% dan empat bank besar lainnya sekitar 8%-14%.
Dari sisi likuiditas, loan to deposit ratio (LDR) dipandang masih relatif mencukupi yaitu sebesar 86% di kuartal IV-2023 dibandingkan 88% di kuartal III-2023 berkat peningkatan giro 15% QoQ dan 8% YoY. Ciptadana Sekuritas meningkatkan estimasi laba bersih BMRI sebesar 8% dan 7% untuk tahun 2024 dan tahun 2025, terutama berdasarkan asumsi biaya kredit yang lebih baik.
Baca Juga: Ada Pemilu, Asing Tetap Pede Masuk ke Saham Lokal
Adapun Erni mempertahankan rekomendasi beli untuk saham BMRI dengan target harga Rp 7.500 per saham, lebih tinggi dari sebelumnya Rp 6,650 per saham. Andrey juga mempertahankan rekomendasi beli untuk BMRI dengan target harga lebih tinggi Rp 7.770 dari sebelumnya Rp 6,970 per saham.
Setali tiga uang, Victor mempertahankan peringkat beli untuk BMRI dengan target harga lebih tinggi sebesar Rp 7.600 dari sebelumnya Rp 7.300. Ini mencerminkan nilai wajar price to book to value (PBV) sebesar 2,5x karena ekspektasi ROE yang lebih tinggi, seiring asumsi biaya dana sebesar 10,3%. Namun patut perhatikan risiko dari kinerja BMRI yakni normalisasi pemulihan pendapatan, serta kemampuan perusahaan mempertahankan biaya dana lebih rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News