Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Prediksi cuaca dingin di atas normal pesisir timur Amerika Serikat (AS) tak mampu kembali mengangkat harga gas alam. Mengutip Bloomberg, Senin (21/3), kontrak harga gas alam pengiriman April 2016 di New York Merchantile Exchange melemah 0,73% ke level US$ 1,893 per mmbtu ketimbang sehari sebelumnya.
Padahal pekan lalu, gas alam menguat 4%. Accu Weather sebelumnya meramal udara di New York minus 2 derajat Celcius atau 8 derajat di bawah rata-rata hingga 20 Maret 2016.
"Musim dingin di beberapa wilayah lebih dingin, sehingga meningkatkan permintaan gas," papar analis PT Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto.
Padahal pekan lalu Energy Information Administration (EIA) AS mengumumkan, cadangan gas alam hanya turun 1 miliar kaki kubik. Angka ini paling mini dibandingkan rata-rata penarikan gas alam selama lima tahun yang mencapai 81 miliar kaki kubik per pekan.
Artinya belum ada penurunan produksi gas alam. Nah, melorotnya harga gas alam kali ini lantaran pelaku pasar menunggu rilis data cadangan gas alam mingguan AS yang terbit 24 Maret mendatang. "Kekhawatiran akan terjadi kelebihan pasokan masih ada, seiring berakhirnya musim dingin," lanjut Andri.
Namun, ia melihat, prospek gas alam masih cukup baik di jangka panjang. EIA memperkirakan, gas alam berpotensi mengambilalih peranan batubara sebagai bahan utama pembangkit energi di Negeri Paman Sam.
Selain masalah isu lingkungan, harga gas alam kini lebih murah meriah, karena di bawah US$ 2 per mmbtu. EIA juga menambahkan, pangsa pasar gas alam sebagai sumber pembangkit listrik akan tumbuh menjadi 33% tahun ini.
Sementara pangsa pasar batubara anjlok menjadi 28%. Untuk pertama kalinya sejak tahun 1949, gas alam akan menjadi sumber utama energi listrik AS. Permintaan gas alam sebagai sumber pembangkit energi khususnya listrik, diharapkan semakin tinggi jika ekonomi global kembali pulih.
Kini, pasar menantikan hasil stimulus ekonomi yang sudah digleontorkan beberapa negara, termasuk di Eropa dan China.
Secara teknikal, harga gas alam berada pada tren pelemahan. Pergerakan harga di bawah moving average (MA) 50, MA100, dan MA200. Lalu indikator relative strength index (RSI) dan stochastic berada di area netral. Sementara moving average convergence divergence (MACD) berada di level negatif.
Selasa (22/3) Andri memprediksi, harga gas alam akan berada di kisaran US$ 1,875 sampai US$ 1,900 per mmbtu. Dalam sepekan ke depan harga batubara di antara US$ 1,86 hingga US$ 1,90 per mmbtu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News