kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banjir Obligasi Korporasi di Semester II


Kamis, 24 Juni 2010 / 08:36 WIB


Reporter: Dian Pitaloka Saraswati | Editor: Edy Can

JAKARTA. Penguatan indeks Surat Utang Negara (SUN) memberi berkah bagi penerbit obligasi. Sebab, imbal hasil (yield) obligasi makin rendah dan ini memberi peluang bagi mereka untuk menjual obligasi baru guna melunasi obligasi lama yang akan jatuh tempo (refinancing).

I Made Adi Saputra, Analis Oobligasi Korporasi NC Securities, memperkirakan, pada semester II-2010, nilai total obligasi yang akan diterbitkan oleh korporasi bisa mencapai Rp 10 triliun. Maklum, jika menerbitkan obligasi saat yield rendah seperti saat ini, bunga yang akan ditanggung juga rendah. Sebab, imbal hasil obligasi korporasi mengacu pada imbal hasil SUN. Sebagai gambaran, kini yield SUN bertenor 10 tahun (FR0031) berada di kisaran 6,5%.

Meski imbal hasil turun, analis yakin, obligasi korporasi tetap menarik bagi investor. "Meski yield turun, masih jauh lebih baik dibanding yang ditawarkan di pasar global," jelas Made, kemarin (23/6).

Ignatius Girendroheru, Direktur Utama PT Penilai Harga Efek Indonesia juga berpandangan, kondisi saat ini bisa jadi momentum bagi korporasi untuk melakukan refinancing. "Akan lebih enak bagi arus kas mereka ketimbang menggunakan dana internal untuk melakukan ekspansi," ujarnya.

Apalagi, sebagian besar korporasi yang akan menerbitkan obligasi berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti PT Perusahaan Listrik Negara, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Investor sudah mengenal produk obligasi dari para penerbit tersebut.

Jika mengacu data PT Bursa Efek Indonesia, di semester II-2010 setidaknya ada sekitar Rp 7 triliun obligasi korporasi yang akan jatuh tempo.

Perhatikan soal rating

Meski potensi penyerapannya sangat besar, beberapa penerbit masih dihadapkan pada persoalan peringkat atau rating obligasi mereka. Pasalnya, besaran kupon yang akan mereka berikan sangat tergantung pada peringkat utang yang mereka kantongi.

Tentu saja, investor akan mengaitkan persoalan rating ini dengan tingkat keamanan berinvestasi pada surat utang sang penerbit. "Kalau mengejar risiko rendah, investor bisa mengincar obligasi yang memiliki investment grade. Sebaliknya, jika mengincar yield yang tinggi, silahkan membeli yang rating-nya lebih rendah," saran Made.

Pertimbangan ini sangat penting lantaran karekteristik investor obligasi korporasi adalah memegangnya dalam jangka panjang.
Selain itu, calon investor juga harus mencermati rencana kerja perusahaan. Made menyarankan agar investor tidak bosan-bosan mencermati laporan keuangan sang penerbit, untuk memastikan kesehatan keuangannya.

Selain itu, Ignatius menggambarkan, saat ini rata-rata yield premium wajar yang diberikan korporasi adalah sebesar 50 basis point (bps) hingga 150 bps atau 0,5%-1,5%. Sedangkan menurut Made, yield premium sebesar itu biasanya berlaku untuk obligasi yang memiliki rating investment grade, seperti AAA. Sedangkan obligasi yang peringkatnya lebih rendah memberikan premi antara 1%-2% di atas yield acuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×