Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) menganggarkan modal belanja alias capital expenditure (capex) sekitar US$ 30 juta di tahun 2024.
Sekretaris Perusahaan ULTJ Helina Widayani mengatakan, penggunaan capex akan dikonsentrasikan untuk pembangunan pabrik dan gudang di kawasan industri MM2100.
Asal tahu saja, ULTJ mencatat penjualan ULTJ tercatat senilai Rp 8,30 triliun pada akhir 2023 atau tumbuh 8,36% year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 7,66 triliun.
Hingga akhir 2023, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ULTJ tercatat senilai Rp 1,17 triliun. Hasil ini tumbuh 21,69% YoY dibandingkan laba bersih perusahaan pada tahun sebelumnya Rp 960,77 miliar.
Baca Juga: Total Bangun Persada (TOTL) Raih Kontrak Baru Rp 1,6 Triliun hingga Kuartal I
Helina menjelaskan, pertumbuhan kinerja ULTJ di tahun 2023 dikontribusi dari naiknya angka penjualan Perseroan dan pengaturan biaya yang lebih baik.
“Permintaan konsumen tahun lalu relatif stabil dan belum terdapat lonjakan yang signifikan,” ujarnya.
ULTJ pun menetapkan pertumbuhan penjualan bisa sebesar dua digit di tahun ini. Namun, pertumbuhan penjualan pada kuartal I 2024 ini masih belum signifikan, meskipun ada perhelatan Pemilu 2024 dan bulan Ramadan.
Kenaikan penjualan ULTJ itu akan ditopang oleh produk ultra high temperature (UHT) unggulan, yaitu produk olahan susu (dairy) dan teh ready to drink (RTD).
“Untuk produk dairy, rasa coklat masih mendominasi, lalu disusul full cream,” ungkapnya.
Menurut Helina, untuk mendorong kinerja di tahun 2024, ULTJ memasang sejumlah strategi, baik dari marketing maupun produksi.
“Dengan memperluas cakupan distribusi, khususnya di luar Pulau Jawa. Sehingga, produk lebih mudah didapatkan,” paparnya.
Terkait cukai minuman manis, ULTJ mengaku masih mengkaji langkah strategis dan tidak akan menaikkan harga secara tiba-tiba.
Baca Juga: Sepanjang Tahun Ini, Avia Avian (AVIA) Targetkan Penjualan Tumbuh hingga 10%
Kajian itu termasuk dari berapa persentase kontribusi gula dalam biaya produksi dan bagaimana kombinasi offset dengan komponen material lain.
“Komitmen kami dalam menyediakan produk yang baik dan sehat bagi masyarakat juga menentukan langkah yang akan dilakukan,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News