Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Selain emiten perbankan, sejumlah emiten lain juga berencana menghimpun dana jumbo lewat rights issue. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) salah satunya, yang berencana rights issue sebanyak-banyaknya 7,17 miliar dengan estimasi dana yang terkumpul Rp 63,45 triliun (dengan asumsi harga terakhir).
Emiten petrokimia ini akan menggunakan dana hasil rights issue untuk belanja modal guna menambah kapasitas produksi Chandra Asri atau anak usaha.
Tak hanya melalui rights issue, penggalangan dana di pasar modal juga ada yang melalui initial public offering (IPO). Bukalapak (BUKA) misalnya, yang menggelar IPO dengan menawarkan 25,76 miliar saham pada harga penawaran Rp 850 per saham.
Alhasil, perusahaan e-commerce ini meraup dana segar sekitar Rp 21,9 triliun, yang terbesar sepanjang sejarah bursa. Bukalapak akan menggunakan sekitar 66% dana IPO sebagai modal kerja. Sisanya, akan dimanfaatkan untuk modal kerja sejumlah anak usaha Bukalapak.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, penggunaan dana hasil IPO BUKA akan menjadi sebuah langkah positif. Terlebih, BUKA merupakan salah satu jembatan teknologi yang saat ini digunakan untuk menghidupi UMKM bersama dengan Tokopedia dan Gojek. “Karena dana tersebut akan digunakan BUKA untuk terus melangkah dan mendorong perekonomian Indonesia terutama di kala pandemi,” terang Nico.
Baca Juga: Holding ultra mikro dinilai mampu membuat ekosistem pembiayaan lebih kompetitif
Sedangkan untuk BBRI dan TPIA, semua dana hasil rights issue yang akan digunakan untuk ekspansi mencerminkan fundamental perusahaan yang kuat, didukung oleh pangsa pasar yang terjaga dengan baik. Hal ini memberikan keberlanjutan bisnis yang baik, dan akan menciptakan prospek valuasi yang menarik di masa yang akan datang.
Nico menilai, selama sektor industrinya mendukung, saham baru yang diterbitkan emiten diyakini akan terserap sempurna. “Apalagi industri yang masih mencatatkan kinerja positif meskipun pandemi terjadi,” ujar dia.
Hanya saja, Edward menilai, lonjakan kasus Covid-19 dan juga pembatasan sosial PPKM akan berdampak negatif bagi industri perbankan, terutama dari sisi kualitas aset dan juga pertumbuhan kredit. Namun, Sucor Sekuritas melihat saham perbankan masih memiliki prospek yang cukup bagus dengan valuasi yang menarik, terutama untuk bank besar konvensional.
Pilihan utama Sucor Sekuritas di sektor ini antara lain PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan BBNI untuk saham big caps, PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) untuk saham mid-sized, dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) sebagai proxy perbankan digital
Selanjutnya: Mulai dari IPO hingga rights issue, ramai pencarian dana dengan emisi jumbo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News