Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir pekan lalu (15/3) Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve kembali memangkas suku bunga hingga mendekati 0% dan menyuntikkan likuiditas atau operasi quantitative easing (QE) sebesar US$ 700 miliar. Aksi The Fed ini membuat pasar bereaksi negatif.
Aksi pemangkasan suku bunga The Fed terjadi dua kali selama bulan Maret 2020. Langkah pre-emptive The Fed ini diambil sebagai upaya menghadapi risiko disrupsi ekonomi akibat pandemik Covid-19.
Pada Senin (16/3) pagi Dow Futures turun 1.000 poin. Indeks S&P 500 terpangkas 11,98%. Analis global menilai aksi The Fed tak cukup semata-mata dalam menurunkan suku bunga, tapi harus ada langkah nyata yang diambil pemerintah AS untuk meredam disrupsi ekonomi akibat pandemik ini.
Baca Juga: Bank Indonesia diprediksi turunkan suku bunga lagi di bulan Maret ini
Di samping itu, harga minyak dunia juga anjlok menjadi US$ 33,9 per barel selama pekan lalu, atau telah terpangkas 48,7% secara year to date (ytd). Dilatarbelakangi oleh tak tercapainya kesepakatan antara Rusia dengan Arab Saudi mengenai usulan pemangkasan produksi. Risiko perang minyak ini berpotensi menimbulkan konflik geopolitik.
Adapun, di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah anjlok sekitar 29,25% sejak awal tahun (ytd), atau berada di level 4.456,75 pada Selasa (17/3). Sementara mata uang rupiah melemah 7,22% (ytd) ke level 14.925 pada Selasa (17/3).
Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, menyatakan bahwa dengan belajar dari pengalaman melintasi krisis sebelumnya, dia fokus memantau indikator fear and distrust di pasar keuangan.
Baca Juga: IHSG besok Rabu (18/3) diprediksi masih akan turun
Secara teknis, IHSG telah memasuki jenuh jual (oversold) seperti yang ditunjukkan oleh level IHSG yang anjlok lebih rendah dari proyeksi laba. Selain itu Budi memantau Bloomberg Fear and Greed Indicator dimana untuk IHSG telah lebih rendah ketimbang yang terjadi tahun 2008. Hal yang sama terjadi pada indeks SPX yang bahkan lebih dalam ketimbang IHSG.
“Dengan berbagai matriks ini, saham boleh diyakini sudah murah. Ini dapat menjadi moment of truth bagi investor yang berani untuk mengambil posisi untuk keuntungan jangka panjang,” ungkap Budi Hikmat, siaran pers pada Selasa (17/3).
Baca Juga: IHSG anjlok 4,99% ke 4.456,75 hingga tutup pasar Selasa (17/3), net sell Rp 1 triliun
Terhadap Bloomberg Fear and Greed, Budi memperkuat analisis dengan rasio Z score. Jika Z score ini lebih kecil dari minus 3 (-3) artinya, fear sudah berlebihan dan nilai saham sudah terbilang murah untuk kembali dikoleksi. Sementara, jika di atas dari plus 3 (+3) atau positif, berarti tingkat greed lebih besar yang menyarankan untuk aksi ambil untung. Meski demikian, investor disarankan tetap waspada dengan mencermati perkembangan pasar keuangan di AS dan berinvestasi secara bertahap.
“Pengalaman mengajarkan bahwa krisis adalah waktu yang terbaik untuk menghasilkan uang, sekira orang punya uang menganggur dan ada keberanian. Pertimbangan mengambil risiko secara terukur. Jika benar, investor akan bahagia. Jika pun keliru, seorang bisa lebih bijaksana. Terutama bagi investor muda, belajarlah untuk berani. Tak ada yang bisa menggantikan pengalaman,” tutur Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News