Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakstabilan pasar finansial Indonesia di tengah banyaknya sentimen negatif yang beredar sepanjang tahun ini membuat investor perlu lebih bijaksana dalam membuat keputusan.
Direktur Bahana TCW Investment, Soni Wibowo menyarankan agar investor tetap fokus mencermati fundamental tiap instrumen yang dimilikinya. Selain itu, investor juga diharapkan memiliki horizon investasi minimal satu tahun. Kurang dari itu, besar kemungkinan investor yang bersangkutan bakal merugi karena pasar masih sangat volatil.
“Apabila ada peluang untuk pembelian secara berkala, lakukan dengan bijaksana,” kata Soni, hari ini (14/8).
Dia menambahkan, kondisi pasar saat ini menuntut investor untuk mendiversifikasi portofolio investasinya. Dalam hal ini, investor disarankan fokus pada investasi saham atau obligasi yang memiliki likuiditas mumpuni.
Bagi investor yang berorientasi jangka pendek, reksadana pasar uang bisa menjadi pilihan yang menarik ketika pasar tengah gejolak. Terlebih lagi, kinerja rata-rata reksadana tersebut saat ini lebih unggul ketimbang reksadana lainnya. Buktinya, indeks reksadana pasar uang Infovesta Utama (Infovesta Money Market Fund) mencetak imbal hasil 2,28% (ytd) hingga Juli lalu.
Investor berorientasi jangka pendek juga bisa mengurangi porsi instrumen berbasis sahamnya dengan syarat memperhatikan kondisi pasar terlebih dahulu. “Jangan sampai menjual pada saat kondisi portofolionya rugi,” kata Soni.
Di sisi lain, instrumen seperti reksadana saham atau saham secara langsung masih menjadi opsi yang menarik bagi investor dengan orientasi jangka panjang. Sebab, cepat atau lambat kondisi pasar akan kembali normal. Jika itu terjadi, instrumen ini memiliki potensi imbal hasil yang lebih baik ketimbang instrumen lainnya.
Di luar hal itu, Soni menyebut instrumen seperti reksadana penyertaan terbatas, kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA), dan dana investasi real estate (DIRE) bisa menjadi pilihan alternatif di tengah lesunya pasar saham dan obligasi Indonesia. Walaupun belum semua investor memahami risiko yang dimiliki instrumen-instrumen tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News