Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) masih layak dikoleksi meski kinerja sepanjang semester pertama kurang yahud.
HMSP mencatatkan pendapatan Rp 46,59 triliun pada semester I-2017 atau turun 1,4% dibanding periode yang sama 2016 sebesar Rp 47,33 triliun. Laba HMSP juga turun sedikit. Pada enam bulan pertama 2017 tercatat hanya Rp 6,05 triliun, sedangkan pada tahun lalu Rp 6,15 triliun.
Michael Wilson Setjoadi, analis Bahana Sekuritas mengatakan, pendapatan yang stagnan ini lantaran HMSP sudah menaikkan harga jual pada kuartal pertama 2017. "Karena mereka sudah menaikkan harga, market share mereka turun sehingga volume terkena imbasnya," kata Michael pada KONTAN, Senin (31/7).
Tapi sebenarnya, cara ini diambil HMSP untuk tidak menaikkan harga yang terlalu tinggi di paruh kedua 2017. Lagipula, Michael yakin di semester II ini kompetitor akan menaikan harga rokoknya lantaran digempur biaya cukai. Belum lagi kenaikan harga bahan baku dan UMR.
Meski terjadi kenaikan harga di rokok lain, HMSP harus berhati-hati dengan produk baru yang diluncurkan dengan harga yang lebih ramah kantong. Contohnya Camel Mild dan juga ada Lucky Strike Gold.
Dari segi saham, Michael bilang paling menyukai saham ini diantara perusahaan rokok lainnya. Harganya masih underperform dibanding indeks. Micahel rekomendasi beli saham ini dengan target harga Rp 4.750 per lembar saham. Senin (31/7), harga saham HMSP berada di level Rp 3.550. Artinya masih ada potensi kenaikan 33,80%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News