kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Asing terus koleksi sukuk negara


Rabu, 13 September 2017 / 06:15 WIB
Asing terus koleksi sukuk negara


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Ketertarikan investor asing pada surat utang syariah Indonesia terus meningkat. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 11 September menunjukkan, kepemilikan investor asing di surat berharga syariah negara (SBSN) telah mencapai mencapai Rp 20,81 triliun.

Memang, jumlah tersebut masih kecil dibandingkan total kepemilikan investor asing di surat berharga negara (SBN) yang beredar, sebesar Rp 797,34 triliun. Jadi, porsi kepemilikan asing di sukuk negara cuma sekitar 2,6% dari total kepemilikan asing. Sedangkan kepemilikan asing di obligasi konvensional mencapai Rp 776,53 triliun.

Tapi, meskipun terbilang kecil, kepemilikan asing pada sukuk negara telah meningkat pesat. Jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2016, kepemilikan asing di SBSN telah melambung 134,61%

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, asing kurang aktif di sukuk karena risiko likuiditas. "Dari total transaksi, surat utang konvensional jauh lebih likuid dibanding dengan syariah," kata Handy, Selasa (12/9). Dus, wajar jika investor asing lebih suka masuk ke SUN.

I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Securities, mengatakan, sebenarnya yield sukuk lebih tinggi sekitar 20-40 basis poin dari SUN. Namun investor asing tidak hanya mengincar yield tinggi, melainkan mementingkan faktor likuiditas.

Asing banyak memarkir dana pada seri SPN bertenor pendek yang dipegang hingga jatuh tempo. "Asing tidak berani masuk di tenor panjang, dan memang terlihat dari hasil lelang justru seri tenor pendek yang jumlah penawarannya paling besar," kata Made.

Memang masih ada sebagian investor asing yang masuk ke sukuk karena mengincar yield yang lebih premium dari SUN. "Karena adanya risiko likuiditas, yield yang ditawarkan sukuk memang lebih tinggi dari surat utang konvensional," kata Handy.

Kini kepemilikan asing di sukuk negara mulai tumbuh signifikan. Menurut Handy, hal tersebut terjadi karena investor asing melihat faktor risiko likuiditas sudah mulai menurun.

Investor domestik

Kepemilikan asing yang besar, seperti pada SUN, akan membuat pasar obligasi menjadi lebih likuid. Biaya penerbitan obligasi atau cost of fund pemerintah juga menjadi lebih rendah, karena banyak investor yang membeli.

Sementara itu, minimnya dana asing di sukuk negara juga bisa memberikan dampak yang positif ke pasar. Volatilitas sukuk negara, menurut Handy, akan menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan SUN.

"Investor asing rentan pada sentimen global yang mempengaruhi keputusan untuk keluar dari pasar, ini membuat volatilitas tinggi," kata Handy. Saat ini, kepemilikan sukuk negara didominasi investor domestik, terutama institusi bank, dana pensiun dan asuransi.

Handy memprediksi sukuk negara masih bergerak positif. Sentimen pendorongnya adalah adanya defisit anggaran belanja negara yang harus ditambal dengan penerbitan obligasi. "Tentunya akan tetap tumbuh, sukuk jadi salah satu pelengkap untuk memenuhi financing pemerintah ke depannya," kata Handy.

Made memprediksi, investor domestik masih akan mendominasi pasar sukuk negara, selaras dengan pertumbuhan industri keuangan syariah. Sementara investor asing baru akan mulai agresif di sukuk bila likuiditasnya sudah mendekati likuiditas SUN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×