Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah sentimen window dressing yang biasanya terjadi jelang akhir tahun, investor asing mencatatkan aksi jual di pasar saham Indonesia.
Dalam sepekan terakhir, jumlah net sell asing sebesar Rp 1,18 triliun di pasar reguler dan mencapai Rp 5,8 triliun dalam sebulan ke belakang.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai, aksi jual yang dilakukan investor asing merupakan bentuk antisipasi terhadap potensi persebaran Covid-19.
Selain itu, investor juga merespons pengetatan likuiditas oleh The Fed melalui tapering off dan potensi kenaikan suku bunga di tahun depan.
Sementara menurut Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas, net sell asing yang terjadi belakangan ini merupakan bentuk aksi ambil keuntungan (profit taking). Mengingat sebelumnya, asing sudah melakukan banyak pembelian.
Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan IHSG di Sisa Tahun 2021
Untuk ke depannya, Sukarno memprediksi, net sell asing masih akan berlanjut sampai sentimen-sentimen eksternal ataupun internal lebih dominan positif daripada negatifnya. "Saat ini, lebih banyak negatifnya," kata Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/12).
Hendriko juga memprediksi, aksi jual asing masih akan berlanjut. Meskipun begitu jika melihat dana asing yang masuk sejak awal tahun, net sell asing kali ini tergolong tidak begitu besar.
"Untuk itu, saat ini potensi window dressing masih ada meski kenaikannya cenderung terbatas alias tidak signifikan," ucap Hendriko.
Sukarno juga memperkirakan, net sell tidak akan terlalu ekstrem dalam menjatuhkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Apalagi, kekuatan investor domestik juga diyakini tetap mampu menopang IHSG di akhir tahun.
Dari segi teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, kecenderungan terjadinya window dressing masih 50% banding 50%. Menurut dia, IHSG harus mampu menembus level 6.688 apabila ingin berlanjut menguat.
"Kalau break resistance tersebut, akan uji 6.755. Kalau tidak mampu break 6.688, maka akan uji support 6.480 dan worst ke 6.375," kata Herditya.
Saham yang dijual asing
Di tengah aksi jual asing yang terjadi belakangan ini, ada saham-saham mencatatkan nilai penjualan terbesar. Dalam sepekan terakhir, sepuluh saham yang bertengger di posisi teratas paling banyak dijual asing adalah TLKM, SMGR, UNTR, ASII, BBCA, BUKA, PTBA, BBNI, UNVR, dan MTEL.
Baca Juga: IHSG Senin Ini (20/12), Dipengaruhi Pengetatan AS dan BOE
Menurut Herditya, MTEL, ASII, BBCA, dan BBNI menarik untuk dicermati karena cenderung menarik dari segi teknikal. Pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum koreksi untuk melakukan buy on weakness.
Herditya memprediksi, support-resistance terdekat MTEL berada di Rp 805-Rp 820, ASII Rp 6.000-Rp 6.275, BBCA Rp 7.600-Rp 7.725, dan BBNI Rp 7.000-Rp 7.275.
Sukarno juga menilai, saham-saham tersebut masih menarik untuk dikoleksi, kecuali BUKA. Meskipun begitu, investor diimbau untuk tetap memperhatikan momentum teknikal jika mau membelinya.
"Yang sudah turun dalam dan mendekati area support masih layak dicermati tapi harus bertahap untuk masuk dan perhatikan potensi kinerjanya ke depannya," ucap Sukarno.
Ia memprediksi, target kenaikan harga saham-saham tersebut hingga Januari 2022 berkisar antara 5%-10%. Sementara Hendriko menilai, saham yang menarik dicermati adalah BBNI, ASII, PTBA, dan UNTR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News